Minggu, 04 Desember 2011

skripsi Gustinawati Idrus, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan memiliki peranan dalam mengembangkan kemampuan berfikir siswa, serta merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk memahami konsep yang lebih tinggi. Pada kurikulum 2004 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu: (1) melatih cara berfikir dan menalar siswa dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba; (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan siswa dalam menyampaikan informasi, mengkomunikasikan atau menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003).
1
 
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dimana, pengajar dapat menyampaikan materi yang akan diajarkan secara maksimal dan pebelajar dapat menerima materi yang diajarkan dengan maksimal pula. Sebagaimana menurut Djamarah dan Zain (1996), hakikat mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik untuk melakukan proses pembelajaran dengan baik.
Bedasarkan informasi yang peneliti peroleh dari guru kelas VI SD Negeri 010 Sukajadi Pekanbaru bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa SD kelas VI semester genap 2006/2007 adalah 50. Kemudian persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM adalah 21%. Hasil belajar yang diperoleh ini masih jauh dari SKBM yang ditetapkan sekolah yaitu 65.
Pada materi pokok Pengukuran, siswa kelas VI SD Negeri 010 Sukajadi tahun pelajaran 2006/2007 masih mengalami kesulitan untuk menguasainya. Hal ini didasarkan pada rata-rata nilai ulangan siswa pada materi pokok Pengukuran tahun pelajaran 2006/2007 yaitu 51 dan persentase siswa yang mencapai SKBM yaitu 25%.
Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tinggi atau rendah. Bisa berasal dari guru yang menyampaikan materi dengan menggunakan metode yang kurang bervariasi, bisa juga berasal dari diri siswa itu sendiri yang memang memiliki minat dan motivasi yang rendah untuk belajar matematika. Lebih lanjut, guru kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah metode yang dipakai selama ini umumnya berupa ceramah dan pemberian tugas. Metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang bervariasi dan mengakibatkan aktifitas siswa lebih bersifat pasif, sehingga proses pembelajaran yang seperti ini kurang mempengaruhi atau merangsang daya nalar siswa maupun daya ingat siswa serta terkesan monoton dan membosankan.
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD Negeri 010 Sukajadi Pekanbaru, guru telah melakukan usaha perbaikan. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan belajar tambahan (les). Belajar tambahan hanya dilakukan beberapa kali (tidak rutin) oleh guru, hal ini disebabkan keterbatasan tenaga dan waktu yang dimiliki guru kelas tersebut. Akibatnya siswa tidak banyak mengalami perubahan atau peningkatan hasil belajar matematika dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Materi pokok dalam penelitian ini adalah Keliling, Luas dan Volume. Informasi dari guru tersebut menyatakan bahwa, siswa kesulitan dalam menentukan rumus luas dan volume berbagai bangun datar dari luas persegi panjang. Menerapkan rumus luas, volume dan keliling bangun dalam pemecahan masalah. Siswa cenderung bersikap pasif, malu bertanya kepada guru, tidak terjadinya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. Winkel (1996) menyatakan bahwa siswa yang kurang melibatkan diri dalam proses pembelajaran, dan kurang mendalam dalam mengolah materi pelajaran, akan sulit untuk mengadakan transfer belajar walaupun sebenarnya ada kemungkinan.
Memperhatikan kondisi di atas, Nursisto (2002) mengemukakan, guru dituntut untuk dapat melakukan usaha perbaikan dengan memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat, sebab dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diciptakan untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran adalah dengan cara belajar bersama, diantaranya dikenal dengan nama model pembelajaran kooperatif.
Slavin (1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan penekanan pada aspek-aspek sosial dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen secara akademis. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Three Stay One Stray (TSOS).
Menurut Dewei dan Thelan (1993) dalam Ibrahim dkk (2000) menyatakan, cara yang masuk akal untuk mencapai tujuan pendidikan adalah menstrukturalkan kelas dan aktifitas belajar siswa sedemikian rupa sehingga mewujudkan hasil belajar yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS ini menekankan kepada aspek kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam rangka meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Bila siswa menjadi seorang yang ikut berperan atau melibatkan diri dalam proses pembelajaran secara aktif, maka ia akan memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik (Nursisto, 2003).
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru, peneliti ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang dikenal dengan penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan maka, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru melalui pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.

D.  Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain
1.      Bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru terutama pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
2.      Bagi guru, penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru terutama pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
3.      Bagi sekolah, tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru.
4.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.






BAB II
LANDASAN TEORITIS


A.  Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baru. Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan hasil yang dicapai selalu meningkat atas dasar bahan pelajaran yang dipahami, jika materi yang dipelajari itu sungguh-sungguh mengandung arti bagi hidup anak itu. Slameto (1991) menyatakan bahwa belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri setelah berinteraksi dengan lingkungannya.
7
 
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan secara umum. Hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan setelah melakukan aktifitas belajar atau merupakan akibat dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dimaksud dapat berupa kegiatan kelompok atau individu. Nursisto, (2002) mendefinisikan hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Ishaq (2002) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian materi oleh siswa di dalam proses belajar dan penguasaan materi yang disampaikan oleh guru dalam proses mengajar. Agar hasil belajar seoptimal mungkin maka kegiatan belajar harus merencanakan proses belajar dimana terjadi proses pembelajaran. Nur, (2002) menyatakan penilaian hasil belajar meliputi penilaian kelas yang berorientasi pada acuan patokan, ketuntasan belajar, menggunakan berbagai cara tes dan non-tes dan memberikan informasi akurat, adil, terbuka dan bertahap.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah melaksanakan serangkaian aktifitas pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume, yang diperoleh dari hasil tes matematika yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin ditetapkan.
B.     Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai banyak teknik pembelajaran dan dapat menggunakan variasinya sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat divariasikan adalah pembelajaran kooperatif.
Eiggen dan Kauchak (1998) yang dikutip Ummi (2003) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dibagi secara heterogen. Slavin (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran kooperatif memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif atau kelompok dari pada penghargaan individual. Ibrahim dkk (2000), mengemukakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif itu adalah sebagai berikut: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Dalam kegiatan ini dilakukan pendekatan struktural TSOS; (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) evaluasi; dan (6) penghargaan kelompok.
C.    Pendekatan Struktural Three Stay One Stray (TSOS)
Pendekatan struktural TSOS merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa berfikir kritis serta saling bantu dalam memecahkan masalah, serta saling mendorong untuk berprestasi tidak hanya sesama anggota kelompok sendiri tapi juga dengan anggota kelompok lain. Dengan adanya interaksi antar siswa maka aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkat, karena siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerja sama yang harmonis antar kelompok serta dapat menciptakan disiplin kelas secara wajar (Hamalik, 2003).
Dalam pelaksanaan pendekatan struktural TSOS terlihat dengan jelas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa dan guru. Pembelajaran di mulai dengan memotivasi siswa kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dengan penjelasan-penjelasan tentang konsep yang akan dipelajari, penerapan berbentuk LKS dan diakhiri dengan penutup. Dalam penerapan (kegiatan kelompok), antar siswa akan terjadi saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif disusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam TSOS, Three Stay (TS) artinya tiga tinggal bertugas memperlihatkan hasil kerja kelompok mereka, sebaliknya satu orang yang pergi disebut One Stray (OS) bertugas untuk melihat hasil kerja satu kelompok lain dengan hasil kerja kelompoknya.
Keunggulan TSOS ini adalah untuk menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukan kelompok secara permanen dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lain (Kagan, 1992). Selain itu, dengan adanya interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Jadi, dalam TSOS siswa bisa saling berbagi informasi dengan kelompok sendiri (kelompok asal) dan kelompok lainnya (kelompok baru).
Asasdasda
Asdasdas
asdasd
D.    Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Three Stay One Stray
Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa pendekatan yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK) dan pendekatan struktural. Dalam penelitian ini pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan struktural. Menurut Ibrahim (2000), pendekatan struktural ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural salah satunya adalah Three Stay One Stray (TSOS). Pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.
Adapun alasan penggabungan pembelajaran kooperatif dengan TSOS karena keunggulannya, yaitu siswa akan dapat mengembangkan potensi diri yang dimilki baik bagi siswa yang memiliki kemampuan akademis sedang maupun siswa yang memiliki kemampuan akademis rendah. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi diharapkan akan menjadi tutor bagi siswa yang dengan kemampuan sedang dan rendah. Adanya saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap kelompok akan bertamu dan berdiskusi yang pada akhirnya memiliki keterampilan berkomunikasi, mencari dan memberikan informasi.
Menurut Kagan (1992) cara pelaksanaan TSOS ini adalah sebagai berikut :
1.      Siswa bekerja sama dalam kelompok, dengan anggota kelompok sebanyak empat orang.
2.      Setelah selesai, satu orang dari masing-masing kelompok (siswa yang pergi ditentukan oleh guru) akan pergi meninggalkan kelompoknya dan pergi ke satu kelompok lain dengan waktu yang telah ditentukan untuk melihat sambil membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan hasil kerja kelompok lain yang dikunjungi.
3.      Setelah selesai mereka kembali ke kelompok asalnya (siswa yang pergi).
4.      Sesudah kembali, masing-masing anggota kelompok (siswa yang pergi) melaporkan hasil temuannya dari kelompok lain dan membandingkan serta membahas ulang hasil kerja kelompok mereka.
Gambar 1. Posisi kelompok dan perpindahan siswa pada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS


 







Keterangan :              Berkunjung
                                    Kembali
                        T     :    Siswa dengan kemampuan akademik tinggi
                        S     :    Siswa dengan kemampuan akademik sedang
R     :  Siswa dengan kemampuan akademik rendah

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural (TSOS) di dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui beberapa tahap antara lain: tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok  dengan TSOS, tahap evaluasi, penghargaan kelompok serta penghitungan ulang skor dasar dan perubahan kelompok.
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah:
a.       Menentukan materi pokok.
Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One Stray (TSOS) dipilih materi yang akan disajikan dalam pembelajaran yaitu Keliling, Luas dan Volume semester 2.
b.      Membuat perangkat pembelajaran berupa Skenario Pembelajaran, Lembar pengamatan dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sama.
c.       Menentukan skor dasar individu.
Skor dasar diperoleh dari hasil tes terakhir sebelum tindakan dilakukan (sebelum penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS). Skor dasar diperoleh dari hasil tes pada materi pokok Pengukuran.
d.      Membentuk kelompok-kelompok kooperatif.
Anggota kelompok dipilih secara heterogen yang berjumlah empat orang tiap kelompok. Kriteria pembagian dalam satu kelompok yaitu 27% untuk siswa yang berkemampuan tinggi, 46% siswa dengan kemampuan sedang dan 27% siswa dengan kemampuan rendah (Sudjana, 2004). Jika jumlah siswa tidak habis dibagi empat sisanya dimasukkan ke salah satu kelompok, karena pada dasarnya kelompok kooperatif beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa.
2.   Penyajian kelas
Penyajian kelas dimulai dengan pendahuluan. Pada pendahuluan, siswa diberikan motivasi dan pemahaman pada materi yang dipelajari dalam kegiatan kelompok dan kemudian menginformasikan mengenai konsep-konsep serta pentingnya materi tersebut. Informasi ini bertujuan untuk memotivasi siswa memahami konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga sesuai dengan indikator.
            Penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One Stray (TSOS) dapat dilihat pada tebel 1 berikut ini:
Tabel  1. Sintaks penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One Stray (TSOS).

Tahapan
Aktivitas
Guru
Siswa
Penugasan
Membagikan LKS kepada tiap-tiap anggota kelompok untuk dikerjakan secara  berkelompok dalam waktu yang telah ditentukan
Bekerjasama dalam kelompok untuk menjawab soal-soal dalam LKS
Berkunjung
Mengutus masing-masing satu orang siswa dari tiap-tiap kelompok untuk berkunjung ke satu kelompok lain untuk melihat dan membandingkan hasil kerja kelompok mereka dengan hasil kerja kelompok yang dikunjungi
Utusan masing-masing kelompok melihat dan membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan hasil kerja kelompok lain yang dikunjungi
Kembali
Menyuruh siswa yang berkunjung untuk kembali ke kelompoknya
Masing-masing utusan yang berkunjung ke satu kelompok lain kembali ke kelompok asalnya sambil membawa hasil yang diperoleh dari kelompok lain yang dikunjungi
Diskusi ulang
Mengingatkan setiap kelompok untuk berdiskusi ulang dalam kelompoknya masing-masing
Berdiskusi ulang dalam kelompoknya berdasarkan kepada hasil yang diperoleh oleh teman yang berkunjung

3.   Kegiatan kelompok
Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membentuk kelompok belajar kooperatif yang masing-masing terdiri dari 4 orang siswa. Komposisi kelompok tersebut yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kelompok belajar yang telah disusun oleh guru, selanjutnya disampaikan kepada siswa sehingga siswa berkumpul dan duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan kelompok yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.   Penugasan yaitu guru memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan dalam kelompoknya masing-masing.
b.   Masing-masing kelompok diberi waktu oleh guru untuk mengutus satu orang (siswa yang pergi ditentukan oleh guru) berkunjung ke satu kelompok lain untuk melihat sambil membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan hasil kerja kelompok lain yang dikunjungi.
c.   Siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan hasil pekerjaan dari kelompok yang dikunjungi.
4.   Tahap evaluasi
Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan guru yang mencakup semua materi yang telah dibahas melalui pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi, selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Dalam penelitian ini , peneliti melakukan dua kali ulangan blok yaitu pada pertemuan kelima dan di pada pertemuan kesembilan.
5.   Penghargaan  kelompok
Untuk penghargaan kelompok terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
a. Menghitung skor tes individu dan skor kelompok.
Penghitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes individu sebelum penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS dengan skor tes individu sesudah penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS. Dengan cara ini setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya. Kriteria sumbangan skor bersumber dari Slavin (1995) seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai perkembangan individu


Skor Tes

Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
5
10 poin hingga 1 poin dibawah skor standar
10
Sama dengan skor dasar sampai 10 poin diatasnya
20
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
30

b. Memberi penghargaan kelompok.
Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkat kriteria penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok (Slavin, 1995), yaitu:
1)      5 £ X £ 10,5 sebagai kelompok baik.
2).  10,5 < X £ 21,5 sebagai kelompok hebat.
3).   21,5 < X £ 30 sebagai kelompok super.
Dengan X adalah rata-rata nilai perkembangan.
6.    Penghitungan ulang skor dasar dan perubahan kelompok
Penghitungan ulang skor dasar kelompok dari hasil tes yang akan dilakukan setelah selesai satu materi pokok. Dari nilai skor dasar baru ini dapat diketahui perkembangan individu dan kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir.



E.     Hubungan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural TSOS dengan Hasil Belajar

Guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya. Untuk itu diperlukan adanya suatu pengorganisasian yang matang dari semua komponen yang ada dalam situasi mengajar. Salah satu komponen tersebut adalah strategi mengajar atau sering juga disebut dengan metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih strategi yang melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar baik secara mental, fisik maupun sosial.
Banyak teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah teknik Three Stay One Stray (TSOS). Teknik TSOS ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, yang melibatkan siswa dalam menelaah materi dan dapat lebih memahami terhadap isi pelajaran. Pendekatan struktural TSOS juga melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil yang lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok dari pada penghargaan individual.
Dengan adanya proses pembelajaran dengan struktur yang baik, didukung oleh penggunaan waktu yang efisien dan efektif, maka hasil belajar yang optimal akan dapat dicapai. Hasil dari belajar matematika yang tepat akan membentuk respon yang efektif dan suatu sikap yang positif terhadap matematika. Hal ini sesungguhnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada tahapan lebih lanjut. Davies (1991) menyatakan bahwa inti dari pengajaran yang baik terletak pada pengorganisasian yang baik dari proses pembelajaran tersebut. Jadi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika diberikan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru.











Asdfasdasd
Asdasdas
Asdasda

BAB III

METODE PENELITIAN


A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Wardani (2002) menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga motivasi belajar siswa meningkat. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memeperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Sukayati, 2001).
Bentuk penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan jenis kolaboratif yaitu melibatkan guru, kepala sekolah dan peneliti. Peneliti dan guru bersama-sama merancang tindakan dan refleksi hasil tindakan. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan guru sebagai pengamat selama proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD Negeri 010 Sukajadi Pekanbaru.
20
 
Menurut Wardani (2002), adapun daur siklus dalam penelitian tindakan kelas mempunyai empat komponen, yaitu:
1.   Merencanakan: rencana tindakan kelas “apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2.   Melakukan tindakan: apa yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3.   Mengamati: mengamati atas hasil dan dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4.   Refleksi: peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan dua siklus, siklus pertama dilakukan mulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, dalam pertemuan kelima dilaksanakan ulangan blok I. Siklus kedua dilaksanakan dari pertemuan keenam sampai pertemuan kedelapan, sedangkan dalam pertemuan kesembilan dilaksanakan ulangan blok II, Masing-masing komponen pada setiap siklus dalam penelitian ini berisikan:
1.   Merencanakan: menyusun skenario pembelajaran, mempersiapkan tes hasil belajar, lembar pengamatan dan pembentukan anggota kelompok.
2.   Melakukan tindakan: memotivasi siswa dengan melakukan pembelajaran dengan strategi TSOS (Three Stay One Stray).
3.   Mengamati: observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dan guru yang melaksanakan tindakan, dengan menggunakan lembar pengamatan observasi atau pengamatan.
4.    Refleksi: mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Kelemahan dan kekurangan dari tindakan akan diperbaiki dalam siklus selanjutnya.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 010 Sukajadi Pekanbaru tahun pelajaran 2006/2007. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru sebanyak 19 orang siswa yang terdiri dari pria sebanyak 12 orang dan wanita 7 orang dengan kemampuan siswa heterogen.
C. Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
a.Skenario Pembelajaran (SP)
Skenario pembelajaran disusun untuk tujuh kali pertemuan. Setiap skenario pembelajaran yang akan digunakan memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir). Skenario pembelajaran-1 memuat materi pembelajaran tentang menghitung keliling jajargenjang, keliling belahketupat dan keliling layang-layang (Lampiran B1). Skenario pembelajaran-2 memuat materi pembelajaran tentang menghitung keliling trapesium dan keliling lingkaran (Lampiran B2). Skenario pembelajaran-3 memuat materi pembelajaran tentang menghitung luas jajargenjang, luas belahketupat dan luas layang-layang (Lampiran B3). Skenario pembelajaran-4 memuat materi pembelajaran tentang menghitung luas trapesium dan luas lingkaran (Lampiran B4).
Skenario pembelajaran-5 memuat materi pembelajaran tentang menghitung volume prisma dan volume tabung (Lampiran B5). Skenario pembelajaran-6 memuat materi pembelajaran tentang menghitung volume limas dan volume kerucut (Lampiran B6). Skenario pembelajaran-7 memuat materi tentang menyelesaikan soal cerita yang melibatkan keliling, luas dan volume.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam setiap pertemuan membahas lembar kerja siswa. Setiap lembar kerja siswa yang akan digunakan memuat kompetensi dasar dan indikator, tugas dan prosedur yang mengacu pada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS (Lampiran C).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang dlkumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran dilakukan. Data tentang aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Data tentang hasil belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran dilakukan, dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika yang meliputi materi pokok Keliling, Luas dan Volume.


a.   Lembar pengamatan
Aktivitas guru yang diamati antara lain; menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi dalam mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS, menyampaikan konsep-konsep materi yang akan dipelajari, membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS dan bersama-sama siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Aktivitas siswa yang diamati antara lain; mendengarkan penjelasan dan motivasi yang disampaikan oleh guru, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru tentang konsep-konsep materi yang akan dipelajari, mengerjakan soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS secara berkelompok dan menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
b.   Tes hasil belajar matematika
Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa digunakan seperangkat tes hasil belajar matematika tentang materi pokok Keliling, Luas dan Volume. Perangkat tes hasil belajar terdiri kisi-kisi penulisan soal, lembar soal dan alternatif jawaban. Kisi-kisi penulisan soal memuat standar kompetensi, kompetensi dasar dan nomor soal (Lampiran D). Soal ulangan berbentuk essay yang terdiri dari dua kali ulangan blok. Soal ulangan blok I dan ulangan blok II masing-masing sebanyak 5 butir yang disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan soal tes hasil belajar. Kunci jawaban memuat alternatif penyekoran untuk tiap langkah penyelesaian. Skor untuk ulangan blok I, soal nomor satu sampai lima berturut-turut adalah 9, 8, 7, 8, dan 9 sehingga total skor keseluruhannya adalah 41, untuk ulangan blok II, soal nomor satu sampai dengan lima berturut-turut adalah 7, 8, 9, 8 dan 9 sehingga total skor keseluruhannya adalah 41.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran untuk setiap pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang sudah disediakan. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Data kuantitatif melalui tes hasil belajar matematika siswa. Kemudian data mengenai hasil belajar matematika siswa, dikumpulkan melalui tes hasil belajar matematika pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume. Selanjutnya hasil tes ini diperiksa dan penskorannya berpedoman pada alternatif jawaban yang telah disediakan.




E. Teknik Analisis Data
Data tentang aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa dianalisis secara deskriptif.
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa.
Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada lembar pengamatan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
2. Ketercapaian Kompetensi Dasar.
Analisis data tentang ketercapaian kompetensi dasar pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume dilakukan dengan melihat skor hasil belajar matematika siswa secara individual yang mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS dengan standar ketuntasan belajar minimum yang ditetapkan sekolah. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai standar kompetensi dasar apabila skor hasil belajar matematika yang diperoleh 65.
Peningkatan hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan blok I dan ulangan blok II. Nilai ulangan blok I dan ulangan blok II di analisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi.
Menurut Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika siswa setelah dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, akan tetapi jika tidak ada bedanya maka dan bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain, jika tindakan berhasil maka hasil belajar matematika siswa meningkat jika terdapat skor hasil belajar kearah yang lebih baik setelah tindakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar