Minggu, 04 Desember 2011

skripsi Tesi Triani, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Hal ini seiring dengan tuntutan akan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri oleh setiap individu yang terlibat dalam proses untuk mendapatkan informasi. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsep-konsep sehingga siswa terampil berfikir rasional (Depdiknas, 2003).
1
 
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Pentingnya matematika muncul dari kenyataan bahwa matematika diperlukan untuk mempelajari, menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga merupakan sarana komunikasi yang ampuh, efisien dan jelas. Tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam standar kompetensi matematika SMP adalah sebagai berikut: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba–coba; (3) mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi, mengkomunikasikan atau menjelaskan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan alasan (Depdiknas, 2003).
Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran matematika tidak lepas dari proses pembelajaran itu sendiri. Dalam proses pembelajaran ini guru diharapkan dapat melakukan usaha perbaikan. Salah satu usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah memilih strategi pembelajaran yang tepat, sebab dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Syah (2000) mengemukakan strategi pembelajaran mempengaruhi taraf keberhasilan siswa. Strategi pembelajaran berperan penting dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya menentukan hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan hasil belajar, berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang guru bidang studi matematika di SMP Negeri 4 Mandau diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa SMP kelas VIII3 semester ganjil 2006/2007 adalah 49. Kemudian persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM adalah 21%. Hasil belajar yang diperoleh ini masih jauh dari SKBM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Akibatnya, rata-rata nilai ulangan siswa pada materi pokok Teorema Pythagoras tahun pelajaran 2006/2007 yaitu 46 dan persentase siswa yang mencapai SKBM yaitu 17%.
Guru bidang studi matematika kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau lebih lanjut menyatakan bahwa penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa terutama yang berhubungan dengan soal-soal cerita adalah siswa cenderung mempelajari matematika dari soal-soal yang telah ada pemecahannya, siswa kurang memahami kalimat dari soal cerita sehingga siswa belum bisa menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanya, dan model matematika apa yang digunakan. Siswa kurang mampu untuk menganalisis soal cerita yang diberikan, dan apabila diberikan soal cerita yang berbeda kalimatnya dari contoh soal yang dijelaskan guru, kebanyakan siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.
Usaha yang telah dilakukan guru matematika SMP Negeri 4 Mandau agar siswa dapat menyelesaikan soal cerita adalah dengan memberikan bimbingan kepada siswa dengan langkah–langkah penyelesaiaan soal cerita yaitu menentukan apa yang diketahui, menentukan apa yang ditanya dan menentukan model matematika serta melakukan perhitungan sesuai dengan model matematika. Guru juga memberikan soal latihan yang bervariasi, namun hal ini belum menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa karena siswa masih banyak yang belum memahami langkah–langkah yang diberikan oleh guru.
Dengan memperhatikan kondisi di atas, peneliti ingin memperkenalkan suatu strategi pembelajaran SQRQCQ (Survey, Question, Re-read, Question, Compute, Question) pada siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Strategi pembelajaran SQRQCQ dikembangkan oleh Forgan dan Mangrum pada tahun 1985. Strategi ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Strichart (2000) kesulitan siswa menyelesaikan soal cerita disebabkan mereka tidak tahu bagaimana langkah yang sistematis dalam menyelesaikan soal tersebut. Strategi SQRQCQ mempunyai 6 tahap yaitu: Survey, Question, Re-read, Question, Compute, Question.
Dalam menggunakan strategi pembelajaran SQRQCQ, siswa meneliti masalah yang terkandung dalam kalimat pada soal yang diberikan. Menulis informasi dari soal tersebut dan menyusun pertanyaan untuk menentukan apa yang diminta. Mereka membaca kembali soal untuk mengetahui berbagai fakta dan memutuskan model matematika untuk menjawab pertanyaan dan kemudian melakukan perhitungan. Terakhir siswa bertanya tentang kebenaran jawaban yang ia dapatkan (Leu dan Kinzer, 1991). Dengan demikian diharapkan dalam pembelajaran ini siswa dapat memahami materi yang memuat soal cerita sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

B.     Rumusan Masalah

Apakah penerapan strategi pembelajaran SQRQCQ pada proses pembelajaran matematika khususnya pembelajaran yang memuat soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau?

C.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui strategi pembelajaran SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat soal cerita di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.

D.    Manfaat Penelitian

1.      Bagi siswa, strategi pembelajaran SQRQCQ diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau terutama pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2.      Bagi Guru, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau terutama pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
3.      Bagi Sekolah, tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 4 Mandau.
4.      Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka menindak lanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS


A.    Hasil Belajar Matematika

Belajar merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baru. Adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan perubahan tingkah laku. Slameto (1998) mengemukakan belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dengan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Sudjana (2000), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah, 1994).
6
 
Dalam proses pembelajaran peranan guru sangat mutlak diperlukan, dimana guru sebagai subjek, kegiatan mendidik merupakan suatu proses, sedangkan siswa sebagai objek merupakan suatu sistem yang saling terkait antara satu sama lain demi terwujudnya suatu tujuan yang hendak dicapai yaitu peningkatan hasil belajar. Secara umum hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Syah (2000) menyatakan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: (1) faktor internal siswa (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani; (2) faktor eksternal siswa (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa; dan (3) faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara umum hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Hasil belajar ini mencerminkan keluaran dan kedalaman serta kerumitan kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian (Depdiknas, 2003).
Menurut Sudjana (2000), hasil belajar pada hakikatnya adalah pembaharuan tingkah laku pada diri seseorang. Ia juga menambahkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah dilakukan aktifitas belajar (Djamarah, 1994). Moejiono yang dikutip Amir (2003) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah diberikan suatu tes hasil belajar pada akhir suatu pertemuan, pertengahan semester, maupun akhir semester. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan (Hudjojo, 1990).
Dilihat dari pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan kemampuan yang diterima oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dari serangkaian aktivitas pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan hasil belajar matematika adalah kompetensi yang dicapai atau dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau skor yang diperoleh siswa dari hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran dengan  strategi SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat soal cerita.

B.     Soal Cerita Matematika

Soal cerita merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Dalam media pendidikan matematika (1992) dikemukakan bahwa langkah–langkah yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan menumbuhkan kemampuan analisis adalah sebagai berikut: (1) membaca soal cerita dengan cermat untuk menangkap makna setiap kalimat; (2) memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dari soal, operasi/pengerjaan apa yang diperlukan; (3) membuat model matematika dari soal; (4) menyelesaikan model menurut aturan–aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut; dan (5) mengembalikan jawab model kepada jawab soal asal.
Keterampilan siswa perlu dikembangkan dalam memindahkan situasi yang dinyatakan dalam soal cerita menjadi kalimat Matematika. Untuk membentuk kalimat matematika siswa harus menganalisis soal, menentukan hal yang diketahui, menentukan hal yang ditanya, dan mengindentifkasi simbol–simbol matematika yang dibutuhkan. Siswa harus menentukan hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanya dan menyusun simbol–simbol dalam kalimat matematika (Kramer yang dikutip Murni, 1998)
Menurut Haji yang dikutip Murni (1998) kalimat matematika adalah salah satu bentuk dari model Matematika. Membuat model matematika memerlukan kemampuan awal berikut: (a) Mengetahui hal yang diketahui dalam soal; (b) Mengetahui hal yang ditanya dalam soal; (c) Mengetahui operasi yang diperlukan; dan (d) Mengetahui konsep dari materi yang bersangkutan.
Soal untuk mengetahui kemampuan siswa dapat berbentuk soal cerita dan soal bukan cerita (soal hitung). Menurut Aladin yang dikutip Haji (1994), soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat berupa masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Soal cerita juga merupakan soal matematika yang dinyatakan dalam bentuk kalimat yang perlu diterjemahkan menjadi notasi kalimat matematika (Topi Louw dikutip Zulkarnain, 2000). Dari definisi soal cerita yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, soal cerita merupakan kalimat matematika yang disajikan dalam cerita pendek baik yang mengungkapkan masalah sehari-hari atau masalah lainnya yang harus diterjemahkan terlebih dahulu menjadi notasi matematika.

C.    Strategi Pembelajaran SQRQCQ

Dalam menyelesaikan soal cerita, siswa sering kali menemukan kesulitan. Penyelesaian soal cerita memerlukan kemampuan dalam menganalisa soal untuk menghasilkan jawaban yang diminta. Kesulitan yang dihadapi siswa disebabkan mereka masih kesulitan dalam menentukan langkah–langkah apa yang dilakukan dalam menyelesaikan soal cerita. Kecenderungan siswa dalam menjawab soal cerita adalah, setelah membuat apa-apa saja yang diketahui, apa yang ditanya dan mulai kebingungan mencari jawaban untuk memecahkan masalah. Kebanyakan siswa tidak membaca ulang dari permasalah apa yang sedang mereka kerjakan.
Strategi pembelajaran SQRQCQ merupakan strategi yang dirancang khusus untuk membantu siswa dalam memahami materi yang memuat soal cerita. Strategi pembelajaran SQRQCQ mempunyai enam tahap yaitu : Survey, Question, Re-read, Compute, dan Question (Leu dan Kinzer, 1991) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Survey maksudnya memeriksa atau meninjau masalah yang terkandung di dalam soal. Menurut Syah (1996) adalah memeriksa atau meneliti atau mengindentifikasi seluruh teks. Sedangkan menurut Forgam dan Mangrum (1985) Survey adalah membaca masalah matematika untuk menentukan langkah apa yang akan dilakukan. Survey pada pembelajaran matematika adalah membaca keseluruhan soal dan mempelajari maksud dari soal.
2. Question maksudnya menyusun pertanyaan untuk menemukan apa yang diminta/ditanya. Mengajukan pertanyaan–pertanyaan pada diri sendiri tentang materi pembelajaran. Mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata “Apa, Siapa, Mengapa, dan Dimana” (Nur, 1999). Selain itu juga dikemukakan Question yaitu menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks (Syah, 1996). Question pada langkah ini adalah menyusun pertanyaan untuk menemukan apa yang diminta atau ditanya dari soal.
3.  Re-read maksudnya membaca kembali soal untuk mengetahui berbagai fakta dan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut. membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban pertanyaan–pertanyaan yang telah tersusun (Syah, 1996). Re-read artinya membaca kembali. Re-read pada pembelajaran matematika adalah membaca kembali soal untuk mengetahui berbagai fakta dan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal.
4.  Question maksudnya menyusun pertanyaan dan berfokus pada aplikasi model matematika apa yang akan digunakan. Setelah menemukan apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui (fakta dan informasi) dari soal, selanjutnya dapat dibentuk model matematika sesuai dengan permasalahan soal yang diberikan. Zulkarnain (2000) mengemukakan bahwa untuk dapat memecahkan masalah secara matematika, maka masalah tersebut perlu dimodelkan terlebih dahulu. Dengan manipulasi masalah tersebut sedemikian hingga terbentuk model matematika. Question pada langkah ini adalah siswa dapat menyusun pertanyaan: “Model Matematika apa yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dari soal”.
5.  Compute maksudnya melakukan perhitungan dengan model matematika yang telah ditemukan. Forgan dan Mangrum (1985) mendefinisikan bahwa compute adalah melakukan perhitungan dengan model matematika yang telah didapatkan. Kemampuan melakukan perhitungan sangat diperlukan dalam menjawab soal cerita.
6. .Question maksudnya menyusun pertanyaan apakah jawaban yang didapat sudah benar dan sesuai dengan jawaban yang diminta. Hudojo (1990) mengemukakan jika penyelesaian sudah diperoleh harus dicek kembali. Pertanyaan–pertanyaan dari siswa perlu ditumbuhkan, misalnya: (a) sudah cocokkah hasilnya?; (b) apakah tidak ada hasil yang lain?; (c) apakah ada cara yang lain untuk menyelesaikan masalah tersebut?; dan (d) dengan cara yang berbeda apakah hasilnya sama?. Question pada langkah ini adalah siswa melihat kembali jawaban dari soal tersebut dan bertanya “Apakah jawaban yang didapat sudah benar dan sesuai dengan jawaban yang diminta?”.
             Berdasarkan pendapat di atas maka langkah–langkah strategi SQRQCQ yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Survey

            Langkah ini merupakan langkah awal dalam menyelesaikan  soal cerita. Siswa membaca keseluruhan soal cerita dengan hati–hati untuk mempelajari maksudnya. Jika perlu mengulanginya sekali lagi dan bertanya kepada guru untuk menjelaskan maksud dari kata–kata yang tidak dimengerti. Pada langkah ini ditekankan agar siswa mengerti soal tersebut dan mendapatkan gagasan umum dari soal tersebut sebelum melangkah ketahapan berikutnya.

2. Question

            Selanjutnya, siswa menjelaskan kembali soal cerita yang diberikan dengan kata–katanya sendiri dan memikirkan apa yang menjadi pertanyaan dalam soal cerita tersebut. Pada langkah ini guru memberi petunjuk atau contoh kepada siswa untuk menyusun pertanyaan yang jelas untuk membentuk gambaran dari masalah dalam pikirannya atau menggambarkan kerangka masalah. Sehingga siswa menyimpulkan sebuah pertanyaan: “Apakah masalah yang dipertanyakan dari soal ini?”. Pertanyaan-pertanyaan yang telah dikonsep oleh siswa pada tahap question ini pada hakikatnya ditujukan pada dirinya sendiri.  Hal yang ditanyakan dalam soal merupakan suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan juga termasuk salah satu komponen yang diperlukan untuk membuat model matematika.

3. Re- read

Langkah ketiga guru menyuruh siswa menganalisis ulang masalah untuk mengetahui berbagai fakta dan informasi yang akan mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan membaca kembali soal cerita yang diberikan. Informasi–informasi yang didapatkan dalam soal merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk membuat model matematika.

4. Question

Pada langkah ini guru membimbing siswa untuk membangun kembali pertanyaan pada dirinya sendiri yang berfokus pada aplikasi model matematika yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dari soal yang diberikan. Guru memberikan contoh untuk mengonsep sebuah  pertanyaan, misalnya: “Model matematika apa yang saya perlukan untuk menjawab pertanyaan ini?”. Sebelum pembuatan model matematika, terlebih dahulu harus mengetahui hal yang diketahui dalam soal dan hal yang ditanya dalam soal.

5. Compute

Guru membimbing siswa dalam melakukan perhitungan. Pada langkah perhitungan ini siswa menggunakan model matematika yang telah didapatkan pada langkah sebelumnya

6. Question

Pada langkah terakhir guru menyuruh siswa meninjau ulang jawaban yang didapatkan dengan mencakup keakuratan jawabannya, “Apakah jawabannya benar?”. Siswa melihat kembali pertanyaan dari soal cerita dan menyesuaikan dengan fakta yang diberikan dari soal tersebut, dan akhirnya siswa mengamati perhitungan yang telah dilakukan. Jika siswa menemukan kesalahan pada jawabannya maka ia akan kembali menyelesaikan soal cerita tersebut dengan memulai pada langkah pertama dari SQRQCQ, jika benar maka siswa berhasil menyelesaikan soal tersebut.
Tahapan–tahapan yang ada pada strategi pembelajaran SQRQCQ lebih terarah dan dapat membangun kemampuan analisis berfikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita, sehingga siswa tidak lagi menemukan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan soal cerita yang berbeda–beda. Dengan strategi ini siswa terbiasa untuk menemukan apa yang ditanya dan apa yang diketahui serta model matematika apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal cerita. Dalam tahapan Question, siswa membangun pertanyaan sendiri dan ditujukan pada dirinya sendiri sebagai motivasi dan landasan dalam menemukan jawaban yang diminta.
Penerapan SQRQCQ pada pembelajaran dengan materi yang memuat soal cerita dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas dan penutup.
1.      Persiapan
Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah :
a.       Memilih satu materi pokok yang memuat soal cerita. Pada penelitian ini dipilih materi pokok Sistem Persamaan linear Dua Variabel .
b.      Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Lembar kerja siswa dibuat bertujuan agar siswa dapat menggunakan langkah–langkah strategi pembelajaran SQRQCQ.
2.      Penyajian kelas gfgdfgd
Penyajian kelas dimulai dengan kegiatan awal. Pada kegiatan awal dijelaskan pentingnya matematika dalam kehidupan sehari–hari melalui sebuah soal cerita, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan materi.
            Penerapan strategi SQRQCQ pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Sintaks Penerapan Pembelajaran Dengan Strategi SQRQCQ

Tahapan
Aktiftas
Guru
Siswa
Survey
*  Guru menyuruh siswa membaca soal cerita yang diberikan
*  Guru bertanya kepada siswa, apakah ada kata atau kalimat yang tidak siswa pahami dari soal tersebut
*  Guru menceritakan kembali soal cerita dengan bahasa yang berbeda dan lebih mudah dipahami oleh siswa
*  Guru menyuruh beberapa orang siswa untuk menceritakan isi dari soal cerita dengan bahasanya masing–masing
*  Guru bertanya kembali, apakah siswa telah memahami dengan baik maksud dari soal cerita tersebut.
*   Siswa membaca dengan cermat, bertanya apabila ada kalimat dalam soal yang tidak dipahami oleh siswa

*  Siswa memperhatikan dengan cermat
    
    
*  Siswa menceritakan kembali isi dari soal cerita dengan bahasanya sendiri

*  Siswa menjawab pertanyaan
Question-1
*   Guru menyusun kerangka masalah yang disajikan dari soal
*   Guru menyimpulkan sebuah pertanyaan, contoh: “Apakah masalah yang dipertanyakan dari soal ini?”
*   Guru bertanya kepada siswa, apakah siswa memiliki konsep pertanyaan yang lain, untuk mengungkapkan masalah yang terkandung dari soal
*   Setelah mengemukakan pertanyaan tadi, guru bertanya kepada siswa, apakah mereka menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah mereka konsep
*  Siswa memperhatikan dengan cermat, bertanya apabila tidak mengerti dan menjawab pertanyaan guru

     
*   Siswa membuat konsep pertanyaan




*   Siswa menjawab pertanyaan yang telah mereka konsep


Re-read
*   Guru mengajak siswa untuk membaca kembali soal cerita yang diberikan
*   Guru menggaris bawahi, point–point atau faktor yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut
*   Guru menuliskan point–point yang telah digarisbawahi sebagai hal–hal yang diketahui untuk menyelesaikan soal cerita tersebut
*  Siswa membaca soal cerita, memperhatikan guru ketika sedang menerangkan
Question-2
*   Guru menghubungkan apa yang telah ditemukan pada langkah Question-1 dan Re-read
*   Guru bertanya pada siswa langkah apa selanjutnya yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan soal tersebut
*   Guru memberi contoh sebuah pertanyaan “Model matematika apa yang kita perlukan untuk menyelesaikan soal ini?”
*   Guru bertanya kepada siswa apakah mereka memiliki konsep pertanyaan lain ?
*   Guru bertanya, apakah mereka telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah mereka konsep?
*    Siswa memperhatikan guru ketika sedang menerangkan
      
*    Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru






*    Siswa membuat konsep pertanyaan untuk Question–2 ini
*    Siswa menjawab pertanyaan yang telah mereka konsep
Compute
*   Guru melakukan perhitungan dengan menggunakan model matematika yang telah ditemukan pada langkah Question–2
*   Siswa memperhatikan guru dan mengerjakan perhitungan dari soal cerita yang diberikan
Question-3
*   Guru mengajak siswa meninjau ulang jawaban yang telah diselesaikan. Kemudian guru merumuskan sebuah pertanyaan: “Apakah jawaban yang diperoleh telah benar?”
*   Guru menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya memerikas kembali jawaban yang telah mereka kerjakan
*   Siswa meninjau ulang yang telah mereka kerjakan

            Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa mempelajari dan mengerjakan semua tugas pada LKS. Guru memfasilitasi siswa dalam mengerjakan LKS yang mengacu pada langkah-langkah SQRQCQ.
3.      Penutup
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dan pada akhir pertemuan guru memberikan soal cerita untuk dikerjakan di rumah dengan menggunakan strategi SQRQCQ
D. Hubungan Hasil Belajar Matematika dengan Strategi Pembelajaran SQRQCQ 

Keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru memegang peranan penting, karena guru adalah perancang dan pengelola proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung oleh beberapa faktor diantaranya adalah perencanaan pengajaran dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah SQRQCQ yang mengarahkan cara berfikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui enam langkah strategi SQRQCQ. Sehingga hasil belajar yang diinginkan akan tercapai dan tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan baik terutama pada materi pokok yang memuat soal cerita. Strategi pembelajaran SQRQCQ yang mempunyai enam langkah yaitu Survey, Question, Re-read, Question, Compute dan Question melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan mandiri dalam membangun analisis dan pemahamannya terhadap soal cerita yang akan diselesaikan. Kelebihan yang dimiliki oleh strategi SQRQCQ dengan cara yang biasa dipakai oleh guru pada umumnya adalah terletak pada Re-read. Dimana, seorang siswa dalam langkah ini diminta untuk kembali membaca ulang tentang fakta-fakta yang telah diketahui dan ditemukan sebelumnya. Sehingga siswa dituntut untuk senantiasa lebih teliti dan terampil dalam penyelesaian akhir nantinya.
Langkah-langkah yang sistematis dalam strategi pembelajaran SQRQCQ, memudahkan siswa untuk dapat menyelesaikan soal-soal cerita dengan baik dan benar. Dengan kata lain strategi SQRQCQ dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.

E.     Hipotesis Tindakan

            Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Jika diterapkan stretegi SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat soal cerita maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.

BAB III
METODE PENELITIAN
 
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Wardani (2002) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sukayati (2001) menyatakan, penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yaitu melibatkan peneliti, guru dan kepala sekolah. Peneliti dan guru bersama-sama melakukan perancangan tindakan dan refleksi hasil tindakan. Dengan keterlibatan guru dalam PTK, akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
19
 
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri yang dinamakan guru, sedangkan guru mata pelajaran matematika kelas VIII3 sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan adalah penerapan strategi pembelajaran SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat soal cerita dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
Wardani (2002) menyatakan bahwa model siklus dalam penelitian tindakan kelas mempunyai empat komponen, yaitu:
1.   Merencanakan: rencana tindakan kelas “apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2.   Melakukan tindakan: apa yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3.   Mengamati: mengamati atas hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4.   Refleksi: peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Dengan demikian bentuk desain penelitian adalah sebagai berikut:











Perencanaan II
 
Perencanaan I
 



Aksi
 
Aksi
 
Refleksi
 
Refleksi
 

Obsevasi
 
Obsevasi
 



(siklus I)
 
(siklus II)
 


Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua siklus dimana masing-masing komponen pada setiap siklus dalam penelitian ini berisikan:
1.   Merencanakan: menyusun skenario pembelajaran, mempersiapkan tes hasil belajar dan lembar pengamatan.
2.   Melakukan tindakan: memotivasi siswa dengan melakukan pembelajaran dengan strategi SQRQCQ.
3.   Mengamati: obeservasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dan guru yang melaksanakan tindakan, dengan menggunakan lembar pengamatan observasi atau pengamatan.
4.   Refleksi: mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Kelemahan dan kekurangan dari tindakan akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.

B.     Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Mandau tahun ajaran 2006/2007. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau sebanyak 35 orang yang terdiri dari pria sebanyak 15 orang dan wanita sebanyak 20 orang dengan kemampuan siswa heterogen, maksudnya dalam kelas tersebut terdapat siswa yang kemampuan akademiknya tinggi, sedang dan rendah. Adapun alasan pemilihan kelas VIII3 sebagai subjek penelitian ini adalah, informasi dari guru matematika kelas VIII yang terdiri dari 2 orang guru, diperoleh bahwa di kelas ini nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar matematikanya paling rendah dari kelas lainnya.

C.    Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
a.       Skenario pembelajaran
Skenario pembelajaran disusun untuk enam kali pertemuan. Setiap skenario pembelajaran yang akan digunakan memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir). Skenario pembelajaran-1 memuat materi pembelajaran tentang mendiskusikan pengertian persamaan linear dua variabel (PLDV) dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan mengidentifikasi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dalam berbagai bentuk dan variabel (Lampiran B1). Skenario pembelajaran-2 memuat materi pembelajaran tentang Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara substitusi (Lampiran B2). Skenario pembelajaran-3 memuat materi pembelajaran tentang menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara eliminasi (Lampiran B3). Skenario Pembelajaran-4 memuat materi pembelajaran tentang mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) (Lampiran B4). Skenario pembelajaran-5 memuat materi pembelajaran tentang menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menafsirkan hasilnya (Lampiran B5). Skenario pembelajaran-6 memuat materi pembelajaran tentang mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non linear dua variabel dengan cara reduksi (Lampiran B6).
b.      Lembar Kerja Siswa (LKS).
Dalam setiap pertemuan membahas lembar kerja siswa. Setiap lembar kerja siswa yang akan digunakan memuat kompetensi dasar dan indikator, tugas dan prosedur yang mengacu pada strategi SQRQCQ (Lampiran C).
2.      Instrumen pengumpul data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran. Data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Data hasil belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika yang meliputi materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
a.   Lembar pengamatan
Aktivitas guru yang diamati antara lain; menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi dalam mengikuti strategi pembelajaran SQRQCQ, memberikan contoh soal dan penyelesaiannya dengan strategi SQRQCQ, membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada strategi SQRQCQ dan bersama-sama siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Aktivitas siswa yang diamati antara lain; mendengarkan penjelasan dan motivasi yang disampaikan oleh guru, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru tentang penyelesaian contoh soal dengan strategi SQRQCQ, mengerjakan soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada strategi SQRQCQ secara mandiri dan menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
b.   Tes hasil belajar matematika
Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa digunakan seperangkat tes hasil belajar matematika tentang materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Perangkat tes hasil belajar terdiri kisi-kisi penulisan soal, lembar soal dan alternatif jawaban. Kisi-kisi penulisan soal memuat standar kompetensi, kompetensi dasar dan nomor soal (Lampiran D). Soal berbentuk essay yang terdiri dari dua kali ulangan blok. Soal ulangan blok I dan ulangan blok II masing-masing sebanyak 4 butir yang disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan soal tes hasil belajar. Kunci jawaban memuat alternatif penyekoran untuk tiap langkah penyelesaian. Skor untuk ulangan blok I, soal nomor satu sampai empat berturut-turut adalah 7, 12, 25 dan 29 sehingga total skor keseluruhannya adalah 73. sedangkan untuk ulangan blok II, soal nomor satu sampai dengan empat berturut-turut adalah 16, 22, 42 dan 18 sehingga total skor keseluruhannya adalah 98.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran untuk setiap pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang sudah disediakan. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Data kuantitatif melalui tes hasil belajar matematika siswa. Kemudian data mengenai hasil belajar matematika siswa, dikumpulkan melalui tes hasil belajar matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Selanjutnya hasil tes ini diperiksa dan penskorannya berpedoman pada alternatif jawaban yang telah disediakan.

E.     Teknik Analisis Data

Data tentang aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika siswa dianalisis secara deskriptif.
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa.
Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada lembar pengamatan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Ketercapaian Kompetensi Dasar.
Analisis data tentang ketercapaian kompetensi dasar pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dilakukan dengan melihat skor hasil belajar matematika siswa secara individual yang mengikuti penerapan strategi SQRQCQ dengan standar ketuntasan belajar minimum yang ditetapkan sekolah. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai standar kompetensi dasar apabila skor hasil belajar matematika yang diperoleh  65.
Peningkatan hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan blok I dan ulangan blok II. Nilai ulangan blok I dan ulangan blok II di analisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi.
Menurut Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika siswa setelah dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, akan tetapi jika tidak ada bedanya maka dan bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain, jika tindakan berhasil maka hasil belajar matematika siswa meningkat jika terdapat skor hasil belajar kearah yang lebih baik setelah tindakan.









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan SQRQCQ ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1.   Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu skenario pembelajaran (SP), lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi tes hasil belajar, soal tes terdiri dua ulangan blok I dan ulangan blok II serta alternatif jawaban tes hasil belajar ulangan blok I dan ulangan blok II yang disertai skor penilaian. Disini peneliti juga telah memepersiapkan skor dasar dari materi pokok Teorema Phytagoras dan dilanjutkan dengan menginformasikan strategi pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya dalam materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan strategi SQRQCQ.
2.   Tahap penyajian kelas
Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan ditambah dengan dua kali ulangan blok.
a.   Pertemuan pertama (Senin, 12 Februari 2007)
27
 
Pada pertemuan ini proses pembelajaran dilaksanakan dengan materi yang berpedoman pada SP-1 (lampiran B1) dan LKS-1 (lampiran-C1) yaitu mendiskusikan tentang pengertian PLDV dan SPLDV serta perbedaannya, mengidentifikasi SPLDV dalam berbagai bentuk variabelnya. Awalnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan siswa kembali tentang persamaan linear satu variabel (PLSV) yang telah dipelajari di kelas VII dan memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang diberikan dengan pengalaman siswa sehari-hari untuk mempelajari materi ini dengan baik.
Dalam kegiatan inti, guru memberikan contoh soal cerita yang diselesaikan dengan strategi SQRQCQ. Pada penyelesaian ini keaktifan siswa dibangun dengan berbagai pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan siswa mulai merespon pertanyaan guru tersebut. Setelah penyajian contoh soal diberikan, guru membagikan LKS-1 kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan berkeliling dan mengamati kegiatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang tersedia dalam LKS-1. Pada awalnya seluruh siswa terlihat dengan tenang dapat menyelesaikan soal-soal tentang pengertian PLDV dan SPLDV serta perbedaannya, namun memasuki soal-soal nomor 4 dan 5 tentang soal cerita terdapat sekitar separuh siswa yang terlihat bingung dan ragu dalam memahami soal cerita dan langkah-langkah penyelesaian akhir dari soal-soal cerita tersebut.
Melihat kondisi seperti ini, guru kembali mengingatkan siswa langkah-langkah dalam penyelesaian soal-soal cerita dengan strategi SQRQCQ yang tadi telah diberikan. Dengan memberikan bimbingan berupa memancing pengetahuan siswa dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan soal cerita tersebut. Akhirnya siswa dapat menyelesaikan soal cerita pertama tersebut dengan baik, seperti sudah paham dan mengerti dengan langkah SQRQCQ pada soal nomor 4, dalam menyelesaikan soal nomor 5 semua siswa terlihat begitu antusias dan senang. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang dapat menyelesaikannya dengan benar, dan terdapat sekitar 4 orang siswa yang masih ragu dalam menuliskan bentuk model matematikanya. Namun siswa tersebut langsung bertanya kepada guru apa yang dijawabnya itu benar apa salah, setelah guru perhatikan ternyata jawabannya benar, permasalahannya hanya kurang percaya diri saja. Guru tak lupa untuk memotivasi mereka agar yakin dan mampu dengan usaha dan kerja kerasnya akan membuahkan hasil yang baik nantinya.
Secara umum, pada pertemuan pertama ini proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Siswa tidak terlihat mengalami kesulitan yang berarti dari soal-soal LKS-1 yang diberikan, karena semua siswa dapat menyelesaikan semua soal dalam LKS-1 dengan baik. Sedangkan, proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan seperti yang tercantum dalam lembar pengamatan (lampiran H1).
Pada bagian akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman yang telah dipelajari. Selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa sebagai latihan pemantapan terhadap sub materi yang baru saja dipelajari pada pertemuan pertama ini.
b.      Pertemuan kedua (Selasa, 13 Februari 2007)
Dalam pertemuan kedua ini, pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dengan berpedoman kepada SP-2 (lampiran B2) dan LKS-2 (lampiran C2) yaitu tentang menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara substitusi. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menanyakan kepada siswa tentang PR yang diberikan pada pertemuan pertama, ternyata hampir dari separuh siswa mengaku tidak menemui kesulitan, hanya ada beberapa orang siswa laki-laki saja yang mengaku kurang mengerti dan setelah guru periksa rupanya mereka tidak mengerjakan PR yang diberikan. Proses pembelajaranpun dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya.
Sebelum memasuki materi yang baru, guru kembali menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan kepada siswa serta mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Dengan memberikan motivasi bahwa materi ini berhubungan dengan materi yang sebelumnya, maka siswa diharapkan untuk dapat lebih serius dan mempelajari serta memperhatikannya dengan baik.
Kegiatan inti guru menyampaikan kepada siswa tentang pengertian substitusi yang disertai dengan contoh soal. Selanjutnya guru memberikan LKS-2 kepada masing-masing siswa untuk dapat dikerjakan secara individu. Guru ikut serta dalam mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam mengerjakan LKS-2 ini. Dalam menyelesaikan soal nomor 1, semua siswa dapat menyelesaikannya dengan baik. Memasuki soal nomor 2 dan 3 mulai terjadi kegaduhan, karena terdapat beberapa orang siswa laki-laki mulai ribut, gurupun mendekati mereka dan menanyakan kepada mereka apa permasalahan yang mereka hadapi sehingga mengganggu jalannya proses pembelajaran. Rupanya permasalahan mereka adalah, dalam menentukan variabel yang dimisalkan untuk membuat atau menentukan model matematikanya. Setelah guru mengingatkan kembali variabel yang digunakan supaya seragam, mereka mengaku bahwa tadi mereka tidak memperhatikan. Setelah itu proses pembelajaran kembali berlangsung dengan tenang.
Dalam menyelesaikan soal nomor 4, hanya terdapat beberapa orang siswa yang bertanya karena masih kurang memahami soal cerita dan langkah-langkah pengisian. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru kembali membimbing mereka dalam menyelesaikan soal cerita yang terdapat dalam soal nomor 4 tersebut. Sehingga dengan memfasilitasi siswa bekerja, akhirnya mereka dapata menyelesaikan soal cerita nomor 4 dengan baik.
Dalam pertemuan kedua ini, proses pembelajaran kembali berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam lembar pengamatan (lampiran H2). Siswa mengaku tertantang untuk dapat terus berpacu dalam memahami soal-soal cerita lain nantinya. Salah seorang siswa ada yang berkata kalau ternyata soal cerita tersebut rupanya gampang-gampang susah, namun kalau dipelajari dan dipahami dengan baik maka pasti kita dapat manyelesaikannya dengan baik pula. Gurupun memberikan motivasi kepada seluruh siswa bahwa, kunci sukses matematika salah satunya adalah dengan kesabaran, ketelitian dan ketekunan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal yang ada.
c.   Pertemuan ketiga (Jum’at, 16 Februari 2007)
Dalam pertemuan kedua ini, pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dengan berpedoman kepada SP-3 (lampiran B3) dan LKS-3 (lampiran C3) yaitu tentang menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara eliminasi. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menanyakan kepada siswa tentang PR yang diberikan pada pertemuan kedua dan semua siswa mengaku tidak menemui kesulitan. Proses pembelajaranpun dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya.
Sebelum memasuki materi yang baru, guru kembali menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan kepada siswa serta mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan cara subsitusi. Dengan memberikan motivasi bahwa materi ini berhubungan dengan materi yang sebelumnya, maka siswa diharapkan untuk dapat mempelajari dan menyelesaikan soal-soal cerita nantinya serta memperhatikannya dengan baik.
Kegiatan inti guru menyampaikan kepada siswa tentang pengertian eliminasi yang disertai dengan contoh soal. Selanjutnya guru memberikan LKS-3 kepada masing-masing siswa untuk dapat dikerjakan secara individu. Guru ikut serta dalam mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam mengerjakan LKS-3 ini. Dalam menyelesaikan soal nomor 1, 2 dan 3 siswa terlihat dapat menyelesaikan dengan baik, hal ini terlihat dengan siswa begitu serius untuk menyelesaikan soal-soal cerita yang terdapat dalam LKS-3. Begitu juga dengan soal nomor 4, siswa hanya kesulitan dan ragu dalam menyamakan koefisien dari variabel x atau y serta penyelesaian dari eliminasi x atau y terlebih dahulu. Dengan memberikan sedikit bantuan di papan tulis berupa contoh, siswapun mulai mengerti dan kembali bekerja dengan baik dan tenang, meskipun ada beberapa orang siswa terutama siswa laki-laki yang lebih cenderung bertanya kepada temannya.
Dalam pertemuan ketiga ini, proses pembelajaran kembali berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam lembar pengamatan (lampiran H3). Siswa mengaku tertantang untuk dapat terus berpacu dalam memahami soal-soal cerita lain nantinya. Salah seorang siswa ada yang berkata kalau ternyata soal cerita tersebut rupanya gampang-gampang susah, namun kalau dipelajari dan dipahami dengan baik maka pasti kita dapat manyelesaikannya dengan baik pula. Gurupun memberikan motivasi kepada seluruh siswa bahwa, kunci sukses matematika salah satunya adalah dengan kesabaran, ketelitian dan ketekunan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal yang ada.
Pada bagian akhir pembelajaran, guru kembali mengingatkan siswa yang kemaren tidak membuat PR agar tidak mengulanginya kembali dan mengumpulkannya sebelum ulangan blok I. Gurupun menginformasikan bahwa pertemuan keempat hari senin tanggal 19 febuari 2007 besok akan diadakan ulangan blok I submaterinya mulai dari submateri pertemuan pertama sampai dengan submateri pada pertemuan saat ini (ketiga). Jadi, guru kembali mengingatkan dan memotivasi siswa untuk dapat belajar lebih giat di rumah dan memberikan PR sebagai latihan persiapan ulangan nantinya.
d.   Pertemuan keempat (Senin, 19 Februari 2007)
Pada pertemuan keempat, ulangan blok I dilakukan dengan memberikan sub materi pengertian PLDV dan SPLDV serta menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara substitusi dan eliminasi. Sebelum soal dibagikan kepada masing-masing siswa, guru meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan buku PR yang kemaren diberikan, setelah semua terkumpul barulah soal ulangan dibagikan.
Ulangan dilaksanakan selama 90 menit, soal disediakan oleh guru. Dalam ulangan blok I ini seluruh siswa terlihat hadir setelah sebelumnya di absen satu-persatu diawal pertemuan tadi sebelum pengumpulan PR dilaksanakan. Setelah ulangan berakhir, semua kertas jawaban dikumpulkan dan mengingatkan siswa untuk mempelajari sub materi untuk pertemuan berikut nantinya.
e.   Pertemuan kelima (Selasa, 20 Februari 2007)
Berdasarkan SP-4 (lampiran B4) dan LKS-4 (lampiran C4), maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik yaitu submateri mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang pengertian SPLDV. Dengan memotivasi siswa, guru memberikan contoh masalah sehari-hari yang dapat dinyatakan dengan model matematika sehingga dapat memudahkan kita untuk menentukan penyelesaiannya.
Kegiatan inti guru menjelaskan beberapa contoh masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari misalnya dalam perdagangan atau pasar. Dengan adanya pemisalan suatu kejadian ke dalam suatu variabel sehingga dapat kita sajikan dalam sebuah bentuk atau model matematika yang lebih sederhana. Setelah guru memberikan contoh tersebut guru membagikan LKS-4 kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Dengan terus memberikan bimbingan dan sebagai fasilitator selama pengisian LKS-4 berlangsung, akhirnya seluruh siswa dapat menyelesaikan LKS-4 tersebut dengan hasil yang baik. Semua soal dapat mereka selesaikan, hanya ada dua orang siswa yang bertanya sedikit tentang “apakah semua soal cerita ini dikerjakan dengan cara yang sama Buk?”. Guru kembali mengingatkan bahwa sesuai dengan strategi pembelajaran yang kita lakukan saat ini yakni SQRQCQ, maka semua soal dalam LKS-4 harus diselesaikan dengan strategi tersebut.
Dalam pertemuan kali ini, proses pembelajaran kembali sesuai dengan apa yang direncanakan seperti yang termuat dalam lembar pengamatan (lampiran H4). Karena tidak adanya siswa yang menemui kesulitan dalam pertemuan kali ini, maka pembelajaran dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang baru dipelajari. Diakhir pembelajaran, guru membagikan PR siswa yang minggu kemaren dikumpulkan sebelum ulangan blok I dilakukan. Siswa terlihat senang karena hasil kerja keras dan jerih payah mereka dihargai dan diberi nilai oleh gurunya, apalagi jika mendapat nilai yang bagus.
f.    Pertemuan keenam (Jum’at, 23 Februari 2007)
Proses pembelajaran pada pertemuan kelima ini berdasarkan kepada SP-5 (lampiran B5) dan LKS-5 (lampiran C5). Adapun submateri kali ini adalah menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menafsirkan hasilnya. Guru menginformasikan kembali strategi pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan motivasi dengan mengingatkan bagaimana pentingnya memahami submateri ini dalam penyelesaian soal-soal dalam LKS-5 nantinya, dan juga terdapat soal-soal cerita.
Dalam kegiatan inti, guru sedikit memberikan contoh soal yang berkaitan dengan submateri kali ini yaitu menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode garfik. Selanjutnya guru membagikan LKS-5 kepda masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Dalam pertemuan kali ini, hampir semua siswa terlihat kesulitan dalam melakukan pengisian nilai ke dalam tabel-tabel yang terdapat dalam LKS-5 soal nomor 1. Namun, untuk mengantisipasi hal ini kembali guru memberikan bimbingan bagaimana cara memindahkan nilai-nilai yang di dapat dari titik potong kedua garis melalui sumbu X dan melalui sumbu Y kedalam tabel. Dan begitu juga dengan soal-soal nomor 2 dan 3, siswa terlihat kesulitan dalam menentukan penyelesaian akhir dari SPLDV tersebut.
Dalam pertemuan keenam ini, proses pembelajaran kembali sesuai dengan yang telah direncanakan seperti yang tertera dalam lembar pengamatan (lampiran H5). Dibagian akhir siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari. Guru juga memberikan motivasi agar siswa kembali dapat berlatih dengan mengerjakan PR yang terdapat dalam buku pegangan mereka di rumah masing-masing.
g.   Pertemuan ketujuh (Senin, 26 Febuari 2007)
Pertemuan ketujuh ini berdasarkan kepada SP-6 (lampiran B6) dan LKS-6 (lampiran C6). Adapun submateri kali ini adalah Mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non linear dua variabel dengan cara reduksi. Guru menginformasikan kembali strategi pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan motivasi dengan mengingatkan bagaimana pentingnya memahami submateri ini dalam penyelesaian soal-soal dalam LKS-6 nantinya.
Dalam kegiatan inti, guru sedikit memberikan contoh soal yang berkaitan dengan submateri kali ini yaitu mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non linear dua variabel dengan cara reduksi. Selanjutnya guru membagikan LKS-6 kepda masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Dalam pertemuan kali ini, semua siswa terlihat tidak menemui kesulitan yang cukup berarti dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS-6. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan seperti yang tertera dalam LKS-6 tersebut. Gurupun tetap melakukan kegiatan berkeliling untuk memantau dan membantu atau membimbing siswa dalam dengan menyelesaikan soal-soal yang mereka anggap agak sedikit sulit, namun ternyata tidak banyak siswa yang menemui kesulitan.
Dalam pertemuan ketujuh ini, dapat disimpulkan kesulitan siswa adalah dalam ketidakpercayaan diri mereka atas jawaban yang mereka dapatkan setelah melakukan proses penyelesaiannya. Proses pembelajaran kembali sesuai dengan yang telah direncanakan seperti yang tertera dalam lembar pengamatan (lampiran H6). Dibagian akhir siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
Dibagian akhir pertemuan, guru meminta siswa untuk kembali belajar lebih tekun lagi di rumah dan menyuruh untuk terus banyak latihan dalam menyelesaikan soal-soal yang serupa dengan memberikan PR, dan dikumpulkan sebelum ulangan blok II dilakukan pada hari selasa tanggal 27 febuari 2007. Guru mengingatkan seluruh siswa agar jangan sampai ada yang absen dalam mengikuti ulangan blok II itu nanti pada pertemuan berikutnya.
h.   Pertemuan kedelapan (Selasa, 27 Febuari 2007)
Pada pertemuan kedelapan ini, guru terlebih dahulu mengambil absensi masing-masing siswa dan ternyata semua hadir dalam ulangan blok II tersebut, kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Dengan memberikan tes hasil belajar pada submateri mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menafsirkan hasilnya dengan metode grafik dan metode reduksi.
Ulangan blok II ini dilaksanakan dalam waktu 90 menit dan soal telah disediakan oleh guru. Setelah tes berkahir semua kertas jawaban dikumpulkan. Kemudian guru mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang mereka berikan kepada guru, dalam hal ini untuk melakukan penelitian di kelas mereka. Ada juga siswa yang mengatakan kalau menggunakan strategi SQRQCQ agak sedikit rumit, namun mereka mulai mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal-soal cerita dengan teliti dan hasil yang baik. Setelah itu, barulah PR mereka dibagikan setelah dikoreksi oleh guru pada waktu siswa ulangan tadi.
B.  Analisis Hasil Tindakan
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ketercapaian SKBM hasil belajar matematika untuk setiap indikator.
1.   Aktivitas guru dan siswa
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan startegi SQRQCQ dilakukan dengan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan (lampiran D) dianalisis secara deskriptif.
Pengamatan pertama, aktivitas guru berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran dan langkah pembelajaran yang diterapkan. Hal ini dapat terlihat pada pembar pengamatan (lapiran H1). Dalam pertemuan ini semua siswa terlihat begitu senang dan diakui kalau mereka menemui kesulitan ketika pertama kali mencoba menyelesaikan soal-soal cerita dengan langkah-lanagkah SQRQCQ. Peneliti menyimpulkan kalau siswa masih merasa canggung dalam menyelesaikan soal-soal cerita dengan strategi SQRQCQ tersebut.
Pengamatan kedua, aktivitas guru dan siswa juga sudah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan yakni berupa skenario pembelajaran dan lembar pengamatan (lampiran H2). Namun pada saat menjawab soal nomor 2 dan 3, ada beberapa orang siswa laki-laki yang membuat kegaduhan dan mengganggu jalannya proses pembelajaran dan hal ini akhirnya dapat diatasi oleh guru.. Disini peneliti dapat menyimpulkan bahwa masih sulitnya siswa untuk memahami soal-soal cerita yang diberikan dan menyelesaikan langkah-langkah dari SQRQCQ ini. Namun siswa yang kurang mengerti tersebut, awalnya bertanya kepada teman sebangkunya dan akhirnya terjadi sedikit keributan. Setelah guru memfasilitasi kerja mereka akhirnya hal ini dapat diatasi dengan baik.
Pertemuan ketiga, dalam pertemuan kali ini pelaksanaan sudah sesuai dengan skenario pembelajaran dan lembar pengamatan (lampiran H3). Dalam mengerjakan LKS-3 kali ini semua siswa dapat menyelesaikannya dengan hasil baik. Hanya saja siswa kesulitan dan ragu dalam menyamakan koefisien dari variabel x atau y serta penyelesaian dari eliminasi x atau y terlebih dahulu. Dengan memberikan sedikit bantuan di papan tulis berupa contoh, siswapun mulai mengerti dan kembali bekerja dengan baik dan tenang, meskipun ada beberapa orang siswa terutama siswa laki-laki yang lebih cenderung bertanya kepada temannya. Namun setelah guru bertanya permasalahan yang mereka hadapi, merekapun berani bertanya kepada guru dan gurupun membimbing mereka dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS-3 tersebut.
Pertemuan kelima, juga berjalan sesuai dengan yang direncanakan seperti tercantum dalam lembar pengamatan (lampiran H4). Pada pertemuan kali ini, terdapat dua orang siswa yang bertanya apakah setiap soal cerita yang terdapat dalam LKS-4 ini diselesaikan dengan strategi SQRQCQ, guru kembali mengingatkan bahwa sesuai dengan strategi pembelajaran kita, maka semua soal-soal cerita tersebut harus diselesaikan dengan strategi SQRQCQ.
Pertemuan keenam, juga berjalan sesuai dengan yang direncanakan seperti yang lihat dalam lembar pengamatan (lampiran H5). Dalam pertemuan keenam terdapat kendala, hampir semua siswa terlihat kesulitan dalam melakukan pengisian nilai ke dalam tabel-tabel yang terdapat dalam LKS-5 soal nomor 1. Namun, untuk mengantisipasi hal ini kembali guru memberikan bimbingan bagaimana cara memindahkan nilai-nilai yang di dapat dari titik potong kedua garis melalui sumbu X dan melalui sumbu Y kedalam tabel. Dan begitu juga dengan soal-soal nomor 2 dan 3. siswa terlihat kesulitan dalam menentukan penyelesaian akhir dari SPLDV tersebut. Disini guru sebagai fasilitator sangat berperan dan harus aktif dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang terdapat dalam LKS-5 tersebut.
Pada pertemuan ketujuh, seperti yang terlihat dalam lembar pengamatan (lampiran H6) juga telah sesuai dengan yang telah direncanakan. Disini peneliti dapat menyimpulkan bahwa, ditengah kemampuan dan kemauan yang mulai tumbuh dari dalam diri siswa ternyata terdapat keraguan atau rasa tidak percaya diri dengan apa yang telah mereka peroleh. Sehingga, peneliti hanya bisa memberikan motivasi kepada mereka akan pentingnya arti sebuah kepercayaan diri dalam setiap menyelesaikan setiap soal matematika dan juga untuk setiap soal –soal dalam materi pokok pelajaran lainnya.
Dari enam kali pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, strategi SQRQCQ terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sendiri dan guru bidang studi mata pelajaran matematika kelas VIII3 sebagai pengamat yang mengisi lembar pengamatan yang peneliti sediakan untuk tiap kali pertemuan.
2.   Ketercapaian SKBM
Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada ulangan blok I (lampiran C1) dan ulangan blok II (lampiran C2) yang diperoleh siswa, dapat dinyatakan jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut:


Tabel 2:    Ketercapaian SKBM 65 Pada Ulangan Blok I Untuk Setiap Indikator
No
Indikator
P
1
Menyebutkan perbedaan persamaan linear dua variabel dengan sistem persamaan linear dua variabel
94 %
2
Mengenal variabel dengan koefisien sistem persamaan linear dua variabel
69 %
3
Menyelesaikan SPLDV dengan cara substitusi
66 %
4
Menyelesaikan SPLDV dengan cara eliminasi
63 %
Keterangan : P = Persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa tidak semua siswa yang mencapai SKBM unuk setiap indikator. Terutama untuk indikator 4, dari hasil tes yang dilakukan ternyata kesulitan yang banyak dialami siswa disini adalah dalam menyamakan nilai koefisien suatu variabel yang nantinya akan dieliminasi untuk menentukan penyelesaiannya.
Tabel 3:    Ketercapaian SKBM 65 Pada Ulangan Blok II Untuk Setiap Indikator
No
Indikator
P
1
Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV
89 %
2
Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya
94 %
3
Menentukan penyelesaian atau akar sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik melalui model matematika dalam masalah sehari-hari
49 %
4
Menerapkan sistem persamaan linear dua variabel dengan cara reduksi
77 %
Keterangan : P = Persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I
Pada ulangan blok II seperti halnya ulangan blok I, tidak semua siswa yang mencapai SKBM untuk setiap indikator. Seperti yang tampak pada tabel 3 di atas, yang paling rendah adalah indikator 3. Menentukan penyelesaian atau akar sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik melalui model matematika dalam masalah sehari-hari merupakan soal yang cukup rumit. Karena, dalam menjawab soal ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam menyelesaikan setiap langkah yang lumayan panjang bagi anak siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
3.   Keberhasilan Tindakan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4:    Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa  Sebelum Tindakan (Skor Dasar)
I
f
0 – 11
12 – 23
24 – 35
36 – 47
48 – 59
60 – 71
72 - 83
1
5
6
4
9
7
3
                     Keterangan   :     I = Interval hasil belajar siswa sebelum tindakan
                                                        f = Frekuensi

Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai siswa sebelum penerapan strategi SQRQCQ banyak terdapat pada frekuensi 48 – 59 dan 60 – 71 masing-masing berjumlah 9 orang dan 7 orang. Sedangkan nilai siswa yang lainnya lebih banyak dibawah interval SKBM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65.
Tabel 5: Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa  Setelah Tindakan
I
f1
f2
13 – 25
26 – 38
39 – 51
52 – 64
65 – 77
78 – 90
91 - 103
1
2
1
1
18
5
7
0
1
2
2
15
8
7
               Keterangan   :  I = Interval hasil belajar siswa sebelum tindakan
                                                    f1 = Frekuensi untuk ulangan blok I
                                                    f2 = Frekuensi untuk ulangan blok II
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa setelah penerapan strategi SQRQCQ dilakukan, pada ulangan blok I dan II nilai siswa lebih banyak terdapat pada frekuensi 65 – 77 masing-masing 18 orang dan 15 orang siswa. Sedangkan nilai siswa yang berada di bawah SKBM sekolah hanya berjumlah lima orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang mencapai SKBM dari skor dasar yang sebelumnya.
Dari daftar distribusi frekuensi di atas (tabel 4 dan tabel 5) dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perubahan hasil belajar matematika siswa. Frekuensi siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I dan ulangan blok II lebih banyak dari pada skor dasar. Sedangkan untuk frekuensi siswa yang mencapai SKBM 65 untuk ulangan blok I adalah sama dengan ulangan blok II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan hasil belajar matematika siswa kearah yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika siswa setelah dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, jika tindakan berhasil maka hasil belajar siswa meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran SQRQCQ pada proses pembelajaran matematika khususnya pembelajaran yang memuat soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
C.    Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan ternyata rata-rata skor tes hasil belajar siswa setelah tindakan dengan penerapan strategi SQRQCQ lebih mengarah kepada yang lebih baik diabndingkan dengan sebelum tindakan diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa harapan strategi SQRQCQ pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Namun demikian, dari ulangan blok I untuk indikator 4 dan ulangan blok II untuk indikator 3 tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang telah ditetapkan.
Untuk indikator 4 dari soal ulangan blok I, seperti yang terdapat pada skenario pembelajaran-3 (Lampiran B3). Selama proses pembelajaran berlangsung siswa tidak terlihat begitu kesulitan, namun ketika ulangan telah dilakukan kebanyakan siswa tersebut tidak teliti dalam menyamakan nilai koefisien dari variabel-variabel yang sama terlebih dahulu. Adapun indikator 3 untuk ulangan blok II, hampir sebagian siswa mengakui kalau soal tersebut terlalu sulit dan membutuhkan jawaban yang lumayan panjang untuk mendapatkan hasilnya. Belum lagi untuk pengisian nilai tabel serta menggambar grafik penyelesaiannya.
Aktivitas guru dan siswa dalam setiap pertemuan sudah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari lembar pengamatan (Lampiran H1 – lampiran H6). Disini guru bidang studi matematika yang mengajar di kelas VII3 memberikan masukan untuk sub materi yang membahas tentang menggunakan grafik lurus dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) yaitu pada pertemuan kelima (Lampiran H5).
Guru tersebut memberikan alasan kalau sub materi ini agak membutuhkan banyak latihan, belum lagi dengan jawaban yang lumayan panjang membuat siswa nanti cepat bosan dan jemu. Jika menggunakan strategi SQRQCQ yang cenderung menyita waktu dan membuat siswa kurang terlatih, dikhawatirkan nanti siswa kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal cerita yang lain nantinya. Hal ini dapat peneliti temui sendiri ketika ulangan blok II dilaksanakan, cukup banyak siswa yang mengerjakan soal nomor 3 hanya separuh jalan bahkan ada yang tidak menjawab sama sekali dengan alasan jawabannya panjang dan susah untuk dimengerti.
Pada pertemuan pertama dari lembar pengamatan (lampiran H1), banyak siswa yang merasa kesulitan dan merasa tidak percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan karena siswa belum terbiasa dan masih dalam tahap perkenalan terhadap strategi SQRQCQ ini. dan hal ini terbukti pada pertemuan berikutnya hal ini sudah tidak dijumpai lagi. Dalam pertemuan. Sedangkan dalam pertemuan kelima, siswa banyak yang menjadi bingung karena peneliti mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa dalam menjawab submateri dengan menggunakan metode grafik. Untuk pertemuan ke enam, kali ini peneliti tidak menggunakan strategi SQRQCQ karena submateri ini lebih banyak dalam penerapan materi sistem persamaan non linear dua variabel dalam bentuk angka-angka dan bukan soal cerita.
Dari analisis hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa dengan penerapan startegi SQRQCQ lebih tinggi dibandingkan dari skor dasar. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan strategi SQRQCQ pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan strategi SQRQCQ terdapat 30 orang dari 35 orang siswa mencapai standar ketuntasan belajar minimum (SKBM). Selanjutnya dengan melihat perbandingan skor hasil belajar matematika siswa setelah melalui penerapan strategi SQRQCQ lebih tinggi dari skor dasar. Hal ini berarti penerapan strategi SQRQCQ dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa, penerapan strategi SQRQCQ dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Terutama pada materi pokok Persamaan Linear Dua Variaebl (SPLDV) di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau tahun ajaran 2006/2007.
B.     Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, strategi SQRQCQ dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau dan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Oleh karena itu, strategi SQRQCQ dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi yang diterapkan pada pembelajaran di kelas VIII pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) atau pada materi pokok lainnya terutama yang memuat soal cerita.     


47
 
 

Dalam pelaksanaan penerapan strategi SQRQCQ ini peneliti menemui kendala berupa kekurangan yang ditenukan selama melakukan penelitian yaitu:
1.   Penerapan strategi SQRQCQ lebih dominan dalam LKS, namun tidak semua siswa terbiasa mandiri dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk mengarahkan siswa dalam mengisi LKS sesuai langkah-langkah yang diharapkan.
2.   Keterbatasan waktu yang banyak dipakai untuk mengarahkan siswa ketika mereka melalui tahap mengerjakan LKS dalam langkah Survey dan Question, mengakibatkan kurangnya latihan bagi siswa untuk melakukan perhitungan.
3.   Dalam tahap Question, peneliti menemui kesulitan dalam mengarahkan siswa untuk membuat konsep pertanyaan, sehingga pada tahap ini kurang dapat dimanfaatkan secara efektif.
Dari analisis hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa dengan penerapan startegi SQRQCQ lebih tinggi dibandingkan dari skor dasar. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan strategi SQRQCQ pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar