Contoh Pidato
Kebersihan Lingkungan:
Salam sejahtera
Yth. Suster, Bapak dan Ibu guru, serta teman-teman yang terkasihSelamat Pagi,
Marilah kita bersama-sama memanjatkan syukur kepada Tuhan, karena pada pagi hari yang cerah ini kita bisa berkumpul bersama di tempat ini.
Yth. Suster, Bapak dan Ibu guru, serta teman-teman yang terkasihSelamat Pagi,
Marilah kita bersama-sama memanjatkan syukur kepada Tuhan, karena pada pagi hari yang cerah ini kita bisa berkumpul bersama di tempat ini.
Teman-teman yang saya kasihi, kita ketahui bahwa
lingkungan merupakan tempat hidup bagi semua makhluk hidup. Oleh karena itu
kita harus menjaga kelestarian lingkungan kita agar kita dapat hidup dengan
nyaman. Salah satu cara menjaga kelestarian lingkungan adalah menjaga
kebersihannya. Menjaga kebersihan lingkungan dapat dimulai dari hal-hal yang
kecil, tetapi terkadang sangat sulit dilakukan oleh kita. Contohnya adalah
membuang sampah pada tempatnya.
Agar kita bisa menjaga kebersihan lingkungan
kita, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari kebersihan
lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah suatu keadaan dimana lingkungan
tersebut layak untuk ditinggali manusia, dimana keadaan kesehatan manusia
secara fisik dapat terjaga.
Saat ini kesadaran untuk menjaga kebersihan di
kalangan kita sebagai seorang murid sangatlah kurang. Dilihat dari lingkungan
sekolah kita yang masih terdapat sampah yang berserakan, entah sampah plastik
makanan-minuman, atau kertas. Padahal tempat sampah yang disediakan sekolah
sudah memadai. Di setiap sudut sekolah terdapat tempat sampah, di dalam kelas
pun terdapat tempat sampah. Namun tidak adanya kesadaran dari kita untuk
membuang sampah pada tempatnya sebagai wujud menjaga kebersiahan lingkungan
sekolah kita.
Selain membuang sampah pada tempatnya, kita juga
dapat menjalankan piket kelas sebagai aksi menjaga kebersihan lingkungan di
lingkup sekolahan. Dan biasakan memilah sampah sesuai dengan kelompoknya
sebelum dimasukkan ke tempat sampah.
Jenis sampah dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Sampah Basah yaitu sampah yang mudah terurai dan membusuk,
contoh; sisa makanan, sayur dan buah2an, sampah kebuh dan sampah dapur.
Jenis sampah dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Sampah Basah yaitu sampah yang mudah terurai dan membusuk,
contoh; sisa makanan, sayur dan buah2an, sampah kebuh dan sampah dapur.
2. Sampah Kering yaitu sampah yang tidak bisa
membusuk dan terurai secara alamiah,
contoh: kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kaca, kaleng, dll
contoh: kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kaca, kaleng, dll
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun)
yaitu sampah beracun dan reaktif yang sangat membahayakan kesehatan dan
kehidupan organisme antara lain, baterai, cat, pestisida, sampah rumah sakit,
dll.
Tetapi tempat sampah yang biasa disediakan hanya 2 jenis, yaitu sampah basah dan sampah kering.
Tetapi tempat sampah yang biasa disediakan hanya 2 jenis, yaitu sampah basah dan sampah kering.
Saat ini kita harus disadarkan untuk menjaga
kebersihan lingkungan kita, karena akibat dari kurangnya menjaga kebersihan
lingkungan dapat membuat bencana bagi kita, seperti banjir dan wabah penyakit.
Dan masalah utama kita saat ini adalah Global Warming atau pemanasan global.
Oleh karena itu harus timbul kesadaran dari setiap pribadi kita untuk menjaga
kebersihan lingkungan kita. Agar kelak, tidak ada bencana yang menimpa kehidupan
kita akibat dari kurangnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.
Sebagai penutup, saya hanya ingin menyampaikan
pesan dari pidato saya dengan menyampaikan sebuah pepatah. Kebersihan adalah
sebagian dari iman. Dengan ini saya berharap teman-teman peduli dan sadar
dengan pentingnya menjaga kebersiahan
Sekian pidato dari saya, mohon maaf jika ada
salah kata.
Saudara-saudara
sekalian !
Yang saya
hormati Dosen Stai Darul Qalam Drs. Habibullah .
Yang saya
hormati mahasiswa/ mahasiswi Stai Darul Qalam .
Alangkah
bahagianya saya selaku menjabat sebagai ibu kepada Negara Indonesia, pada hari
ini ! pada hari ini, kita merayakan hari pendidikan Nasional, yang bertempat
dilapangan Istana Bogor pada tanggal 2 Mei 2007. Dengan memperingati Pendidikan
Nasional semoga kita lebih semangat /bangkit untuk memajukan dan mencerdaskan
pendidikan anak-anak bangsa agar berguna bagi bangsa, Negara dan Agama.
Pertambahan
anak umur sekolah yang cepat dan pertambahan lulusan tiap jenjang pendidikan
yang besar, tapi tidak diikuti penambahan prasarana dan sarana pendidikan yang
cepat dan memadai, menimbulkan masalah bagi pemerintah untuk memberikan
“pendidikan dan pengajaran” pada semua warga Negara sebagaimana diamanatkan
oleh undang- undang Dasar.
Persoalan
ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar
dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Ketika itu untuk
pertama kali pelaksanakan REPELITA dengan tekanan pada pembangunan ekonomi yang
dipandang sebagai landasan bagi aspek- aspek lain dari pembangunan nasional.
Dalam pembaruan pendidikan perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan
peningkatan kualitas serta penataan kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai
yang terakhir ini sulitlah dicapai bila hanya melalui cara-cara konvesial yaitu
memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio dan televisi.
Pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar 20%
bagi SD, SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata
atas dasar pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain.
Alternatif
yang didentifikasikan adalah :
1.
Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2.
Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3. Pengembangan
sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio, siaran televisi
dan lain-lain
4. Pembukaan
kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran
kemasyarkat..
Ki Hajar
Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai
berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat”
tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara
mengklasifikasikan tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga
adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti”
(memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan
aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek
psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk
mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi
manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau
mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar
dengan rakyat.
Akhir sampai
disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta
menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan inovatif yang berguna
bagi bangsa dan Negara, Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan global.
dalam rangka
memperingati hari pendidikan Nasional
Saudara-saudara
sekalian !Yang saya hormati.Yang saya hormati Bapak/ibu Warga desa/kota/kab...
pada hari ini, kita merayakan hari pendidikan Nasional, yang bertempat
dilapangan ... pada tanggal 2 Mei 20... Dengan memperingati Pendidikan Nasional
semoga kita lebih semangat dan bangkit untuk memajukan dan mencerdaskan
pendidikan anak-anak bangsa agar berguna bagi bangsa, Negara dan
Agama.Pertambahan anak umur sekolah yang cepat dan pertambahan lulusan tiap
jenjang pendidikan yang besar, tapi tidak diikuti penambahan prasarana dan
sarana pendidikan yang cepat dan memadai, menimbulkan masalah bagi pemerintah
untuk memberikan “pendidikan dan pengajaran” pada semua warga Negara
sebagaimana diamanatkan oleh undang- undang Dasar.
Persoalan
ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar
dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Dalam pembaruan
pendidikan perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas serta penataan kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai yang terakhir
ini sulitlah dicapai bila hanya melalui cara-cara konvesial yaitu memanfaatkan
teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio dan televisi. Pada tahun
20.. pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar 20% bagi SD,
SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas dasar
pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain. Alternatif yang
didentifikasikan adalah :
1.
Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2.
Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3.
Pengembangan sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio,
siaran televisi dan lain-lain
4. Pembukaan
kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran
kemasyarkat..
Ki Hajar
Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai
berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat”
tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara
mengklasifikasikan tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga
adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti”
(memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan
aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek
psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk
mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi
manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau
mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar
dengan rakyat.Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan
dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan
inovatif yang berguna bagi bangsa dan Negara, Menciptakan sumberdaya manusia
yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan global.
Saudara-saudara
sekalian !Yang saya hormati, terimakasih atas semua perhatiannya...
Wss.. Wr.
Wb.
Artikel kali ini akan membahas mengenai
Pendidikan Islam dan Iptek. Kiriman dari kawan kita Ali Mahfudz di Pon Pes.
Nazhatut Thullab Prajjan Kec. Camplong Kab. Sampang. Semoga bermanfaat! Selamat
membaca.
—ooO()Ooo—
Penelusuran terhadap perkembangan peradaban dan
kemajuan Islam dalam sejarahnya yang cukup panjang akan menghadapi problematika
sendiri ketika tidak mengapresiasikan teori-teori dan eksperimen pendidikan
Islam, sebab pendidikan merupakan elan vital dalam transformasi
peradaban umat manusia. Pendidikan Islam menciptakan kekuatan-kekuatan yang
mendorong untuk mencapai tujuan sekaligus menentukan perencanaan dan arah
tujuan sebuah perkembangan. Dengan demikian, dinamika sebuah peradaban mau
tidak mau akan melibatkan peranan pendidikan, walaupun dalam kapasitas yang
sederhana. Maka tidak berlebihan kiranya, kalau ada sebuah asumsi yang muncul
kepermukaan bahwa untuk melihat kemajuan sebuah Negara harus dilihat bagaimana
dinamika perkembangan dunia pendidikannya.
Sejalan dengan itu kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai manifestasi dari hasil kemampuan berfikir dan nalar manusia
berakibat pada perubahan sosial yang menyangkut bidang kehidupan yang luas,
tidak saja perubahan dalam tuntutan ekonomi, komunikasi, politik dan lain
sebagainya yang selalu aktual bersama dinamika kehidupan. Tapi sektor
pendidikan juga ikut bersama-sama dirancang untuk pembangunan sumber daya
manusia seutuhnya, karena dunia pendidikan merupakan sebuah usaha yang sengaja
diadakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk membantu anak didik
sebagai bagian dari sumberdaya manusia bagi Negara Indonesia masa depan yang
memerlukan rancang bangunan secara jelas dan mampu memberikan fasilitas menuju
kedewasaan seorang anak didik untuk lebih berkembang dan berkualitas.
Pada dasarnya pendidikan mempunyai arti penting
bagi manusia dalam mencapai hidupnya sebagai homo education (manusia
pendidikan), manusia memerlukan bantuan dan bimbingan untuk dapat
mengembangkan potensinya agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal serta
mengarah pada tujuan hidup yang hendak dicapai. Untuk mencapai semuanya itu
diperlukan proses pendidikan, baik yang bersifat formal, informal atau non
formal sebagai rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu
untuk menjadi manusia yang berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Proses
ini dilakukan tudak sekedar untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
menggali, menemukan dan menempa potensi yang dimiliki, tapi juga untuk
mengembangkannya dengan tanpa menghilangkan karakteristik masing-masing sebagai
manusia yang beradab. Sebab manusia yang berkualitas adalah manusia yang dapat
menggunakan potensi fisik dan non fisiknya untuk melihat dan merespon
lingkungan sosialnya. Semakin banyak manusia yang berkualitas dalam makna dapat
melihat persoalan yang objektif dan itu kemudian dijadikan landasan untuk
mengatasi persoalan, semakin dapat dipastikan bahwa masyarakat kita berjalan
secara beradab.
Namun demikian, munculnya globalisasi juga telah
menambah masalah baru bagi dunia pendidikan. Bagaimana tidak, di satu sisi
sistem pendidikan yang diterapkan harus berimplikasi pada pemupukan
nasionalisme peserta didik. Namun di sisi lain hajat pemenuhan kebutuhan
pendidikan global harus ditunaikan, agar para lulusannya dapat berfungsi secara
efektif dalam kehidupan masyarakat global. Bahkan dewasa ini, dalam dunia
pendidikan berkembang sebuah pemikiran tentang pentingnya merubah paradigma
pendidikan, karena pendidikan yang ada sekarang dipandang belum mampu
mengantarkan murid menjadi manusia yang sesungguhnya. Pendidikan yang
seharusnya diartikulasikan sebagai upaya memanusiakan manusia, justru mengarah
pada dehumanisasi (tidak berprikemanusiaan), sehingga manusia seperti
kehilangan arah dan tujuan hidup, serta semakin teralienasi dari hakikat
kemanusiaannya, karena pendidikan hanya dimaknai tidak lebih hanya sebagai
transmisi pengetahuan, maka murid gagal menerapkan pengetahuannya di tingkat
praksis kehidupan nyata.
Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu
mempertahankan pendidikan Islam, apalagi di zaman era globalisasi sekarang ini
yang selalu mengombang ambingkan arah dan tujuan manusia dalam kehidupannya.
Jika sistem pendidikan tidak berlandaskan pada iman dan ilmu, maka tidak akan
mampu merealisasikan kebahagiaan hidup manusia dengan sempurna, karena Islam
tampil sebagai suatu bentuk intelektual dan spiritual baru yang merupakan hasil
perpaduan antara al-Qur’an dan peradaban-peradaban manusia, sementara ilmu dan
iman menjadi proses utamanya dalam pendidikan Islam. Islam sangat berhubungan
erat dengan pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis fungsional,
pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam, dan Islam
menjadi kerangka dasar pengembangan pendidikan Islam, serta memberikan sistem
nilai untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam.
Dengan sistem seperti ini, pendidikan akan mampu
merealisasikan ketenangan dan kemantapan jiwa anak didik serta menghormati
kepribadian secara individual. Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah SWT,
sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan
mengarahkan manusia, sehingga menjadi manusia yang sempurna. Islam sebagai
agama yang universal juga telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju
kehidupan bahagia yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan, karena
pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan bagi kehidupan manusia.
Sebagai orang tua tentu kita mengharapkan anak kita
tumbuh dengan baik dan punya daya fikir yang jenius. Para pakar menyatakan,
sekalipun kearifan seorang anak sangat erat hubungannya dengan genetika bawaan,
namun banyak sekali penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pembinaan setelah lahir
juga merupakan faktor sangat penting yang tidak boleh diabaikan.
Merangsang Pertumbuhan dengan
Pendidikan dalam Kandungan
Para dokter menyatakan, bayi dalam
kandungan usia tiga bulan sudah mempunyai perasaan, empat bulan sudah mampu
merasakan suara dari luar. Suara dari luar ini akan terus merangsang organ
indera anak dalam kandungan dan mendorong pertumbuhannya, mempunyai peran yang
penting bagi pertumbuhan intelegensi. Pada dasarnya cerebral cortex (bagian
otak yang penting untuk mengingat, memperhatikan, menyadari, berpikir, mengerti
bahasa dan lain sebagainya) bayi dalam kandungan sudah terbentuk pada usia 5 -
6 bulan, bila pada masa ini diperdengarkan musik ataupun dilakukan pemijatan
lembut pada bagian perut akan dapat meningkatkan pertumbuhan intelegensi sang
anak.
Fondasi Perkembangan Intelegensi
Ditentukan pada Masa Anak-Anak
Sejak bayi dilahirkan, ayah-bunda sudah mempunyai peran
penting untuk mengajarkan pengetahuan dasar kepadanya. Kalau saja ayah bunda
pada tahap ini dapat membimbing sang anak dengan murah hati, hormat dan penuh
kasih sayang, maka bukan saja dapat meletakkan dasar kepribadian yang unik bagi
sang anak, bahkan dapat membuat anak memiliki kemampuan belajar dan sikap
bergaul yang baik.
Dengan demikian, peran ayah bunda bukan hanya
membesarkan, bahkan juga memikul tanggung jawab besar sebagai "guru
pribadi".
Berikut adalah beberapa cara agar anak
kita bisa menjadi lebih jenius.
1. Belajar Musik
Ini merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan
pembelajaran otak kanan dengan santai dan mudah. Menurut hasil penelitian
Universitas Toronto, pelajaran musik dapat meningkatkan intelligence quotient
dan prestasi sekolah seorang anak. Bahkan semakin lama dipelajari, hasilnya
semakin jelas.
2. Beri ASI (Air Susu Ibu)
Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa air
susu ibu (ASI) selain menyediakan berbagai macam zat gizi, juga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dan intelegensi bayi. Seorang bayi yang
mengonsumsi ASI selama sembilan bulan secara nyata lebih pandai dari pada
seorang bayi yang hanya mengonsumsi ASI selama satu bulan.
3. Kesehatan Anak
Tim peneliti dari University of Illinois telah
membuktikan hubungan antara kesehatan dan pelajaran anak di sekolah. Penelitian
dari Oppenheimer Funds malah menunjukkan bahwa olah raga berkelompok bukan saja
meningkatkan rasa percaya diri, membangun spirit kebersamaan, bahkan dapat
memupuk kecakapan memimpin. Delapan puluh satu persen dari para direktris
perusahaan pada saat masih kecil, semuanya pernah bergabung dalam suatu
kegiatan organisasi.
4. Permainan Anak
Memang ada banyak games yang bisa membuat pemainnya
menjadi brutal, nyentrik ataupun malas berpikir. Namun juga ada sejumlah games
yang dapat
meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.
meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.
5. Menolak Junk Food
Kurangi mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi,
berpantang berbagai makanan berlemak tinggi dan junk food yang lain.
Sebaliknya, banyaklah mengonsumsi makanan sehat bergizi tinggi, ini akan
meningkatkan perkembangan intelegensi dan motorik anak, terutama bagi bayi yang
belum genap dua tahun, hal ini sangat penting. Misalnya, seorang anak harus
mengonsumsi sejumlah zat besi untuk membantu pertumbuhan otak. Kalau kurang
jumlahnya, penghantaran impuls syaraf akan melemah.
6. Menumpuk Rasa Ingin Tahu
Para pakar mengungkap, ketika orang tua mendorong anak
untuk mempunyai pemikiran sendiri, sesungguhnya adalah sedang meng-arahkan
mereka pada pentingnya menuntut pengetahuan. Menaruh perhatian yang besar
terhadap minat anak, mengenalkan dan mengajarkan ketrampilan baru kepada mereka
pada setiap ada kesempatan mendidik di luar rumah, semua ini merupakan cara
yang baik sekali guna memupuk dambaan anak untuk menuntut pengetahuan.
7. Perbanyak Membaca
Sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang
mengabaikan pentingnya membaca. Membaca merupakan cara meningkatkan intelligence
quotient seseorang yang paling langsung dan efektif. Membacakan cerita untuk
anak, menjadi anggota perpustakaan dan menambah koleksi buku bacaan semuanya
merupakan cara yang baik untuk memupuk minat membaca seorang anak.
8. Biasakan Makan Pagi
Pepatah yang mengatakan burung yang bangun pagi akan
mendapatkan makanan bukanlah tanpa dasar. Jauh sejak 1970, penelitian ilmiah
menemukan seorang anak yang sarapan pada pagi hari memiliki ingatan yang lebih
baik, lebih mampu berkonsentrasi dan juga mampu belajar lebih cepat. Dari pada
sama sekali tidak makan pagi, makanlah sepotong kue atau minum segelas susu,
hal ini akan sangat membantu dalam belajar.
Secara definitif arti psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Karena itu psikologi pendidikan dengan tindakan belajar mempunyai hubungan yang sangat erat.
Psikologi pendidikan, sebagai sebuah tindakan dan treatment dalam
pengembangan pendidikan, dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Sebagai seorang guru, penguasaan terhadap psikologi belajar
adalah vital, sehingga dia dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya
dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara
efektif.
Memahami pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada orang lain mempunyai implikasi bahwa murid terbebani untuk selalu menjadi wadah dan objek dari penyebaran pengetahuan tersebut. Akibatnya, seringkali pendidik dan terdidik sama-sama terbebani anggapan tersebut, sehingga proses penyampaian materi pendidikan seperti hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tanpa mengindahkan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membantu proses transfer pengetahuan tersebut, atu bahkan dengan memakai tindakan-tindakan represif yang tidak edukatif.
Memahami pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada orang lain mempunyai implikasi bahwa murid terbebani untuk selalu menjadi wadah dan objek dari penyebaran pengetahuan tersebut. Akibatnya, seringkali pendidik dan terdidik sama-sama terbebani anggapan tersebut, sehingga proses penyampaian materi pendidikan seperti hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tanpa mengindahkan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membantu proses transfer pengetahuan tersebut, atu bahkan dengan memakai tindakan-tindakan represif yang tidak edukatif.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang
guru secara personal dapat melibatkan kondisi-kondisi tertentu yang secara
psikologis sangat berterima. Murid dapat menikmati proses pendidikan tanpa
harus terbebani harus dapat memahami ini dan itu. Karena pada dasarnya dia secara
langsung atau tidak dengan mudah merekam apa yang telah disampaikan oleh guru.
Psikologi pendidikan juga dapat membantu subjek didik untuk memadukan
informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah
yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik
dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek
didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan
mereka.
Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana
letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme
perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan
perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk
mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah
tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek
didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk
mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Demikianlah, seorang guru yang memahami eksistensinya
sebagai penengah yang menyampaikan pengetahuan kepada murid akan selalu mencari
hal-hal baru yang dapat membantu terselenggaranya pendidikan dengan baik.
Artinya, memahami psikologi pendidikan adalah sangat diperlukan
mengingat beragamnya variable yang ada dalam kelas. Kemampuan guru dalam
memahami muridnya sesuai tingkat penyerapan terhadap materi adalah salah satu
bentuk penerapan psikologi dalam proses belajar mengajar. Selebihnya masih
banyak variable psikologi yang bisa diaplikasikan. Semoga dalam kesempatan
lain, saya bisa menuliskannya di kafeilmu.com ini.
Berikut adalah hasil beberapa penelitian yang pernah dilakukan, hingga menemukan beberapa kesimpulan mengenai fungsi dan fakta unik mengenai fungsi otak kanan. Bagi yang sudah tahu, ya anggap saja ini tambahan, kalau beum tahu, membaca sekilas tulisan ini tidaklah membuang waktu.
Fungsi otak kanan : divergen,
analogi, kongkret, bebas, imajinatif, asosiatif, intuitif, majemuk, holistik,
subyektif, simultan, fleksibel, kreatif, visual, pencari pola
Fungsi otak kiri : konvergen, digital, abstrak, proporsional, analitik, linier, sekuensial, analitik, obyektif, satu-satu, kaku, matematikal, verbal, penuna pola.
Fungsi otak kiri : konvergen, digital, abstrak, proporsional, analitik, linier, sekuensial, analitik, obyektif, satu-satu, kaku, matematikal, verbal, penuna pola.
Doug Hall mengatakan, dominasi kerja otak orang
mempengaruhi kepribadian :
Orang dengan otak kanan dominan:
humoris, simple, menyenangkan, boros, lebih percaya intuisi, berantakan-kacau,
ede = ekspresi diri, lebih memilih perasaan sebagai solusi masalah, suka
bertualang, bermimpi besar, tukang sorak, "pelanggar aturan", bebas,
spontan.
Orang dengan otak kiri dominan :
serius, rumit, membosankan, hemat, lebih percayai fakta, rapi-terorganisir, ide
= profitabilitas, lebih memilih keilmuan, hati-hati, berpengetahuan umum,
pendukung diam, pembuat aturan, konservatif, mudah ditebak.
lanjut hal 2 tentang beberapa kasus tentang potensi
otak kanan pada penemuan-penemuan besar …
Case 1 :
Dr. Makoto Shichida, seorang spesialis perkembangan anak balita, dalam bukunya Right Brain Education in Infancy menjelaskan sebuah hasil studi di Nippon Medical Center oleh Prof. Shinagawa terhadap seorang anak yang bernama Yuka Hatano. Yuka Hatano adalah seorang juara dunia menghitung cepat, yang mampu menghitung 16 digit soal LEBIH CEPAT daripada kalkulator! Ketika Yuka melakukan perhitungan tersebut, melalui PET scan terlihat bahwa yang mengendalikan fungsi otaknya adalah otak kanan bagian belakang. Di sekolah Shichida, saya (Shinagawa) melihat bagaimana anak-anak SD mampu membaca 1 jilid buku hanya dalam waktu 3-5 menit saja, dan dia tahu persis apa isi buku yg dibacanya. Menurutnya, dia seperti memotret atau men-dowload tiap-tiap halaman buku tsb, dan ketika ditanya, dia akan membuka tiap-tiap halaman bukunya di dalam otaknya untuk mencari jawabannya dengan cepat.
Dr. Makoto Shichida, seorang spesialis perkembangan anak balita, dalam bukunya Right Brain Education in Infancy menjelaskan sebuah hasil studi di Nippon Medical Center oleh Prof. Shinagawa terhadap seorang anak yang bernama Yuka Hatano. Yuka Hatano adalah seorang juara dunia menghitung cepat, yang mampu menghitung 16 digit soal LEBIH CEPAT daripada kalkulator! Ketika Yuka melakukan perhitungan tersebut, melalui PET scan terlihat bahwa yang mengendalikan fungsi otaknya adalah otak kanan bagian belakang. Di sekolah Shichida, saya (Shinagawa) melihat bagaimana anak-anak SD mampu membaca 1 jilid buku hanya dalam waktu 3-5 menit saja, dan dia tahu persis apa isi buku yg dibacanya. Menurutnya, dia seperti memotret atau men-dowload tiap-tiap halaman buku tsb, dan ketika ditanya, dia akan membuka tiap-tiap halaman bukunya di dalam otaknya untuk mencari jawabannya dengan cepat.
Case 2:
Para siswa SD, SMP, sampai SMA menggunakan mungkin sampai 6 jam waktunya belajar di sekolah dan PR per hari dan ikut les/bimbingan belajar. Mereka ini terfokus belajar dengan memanfaatkan otak kiri, misalnya mereka belajar matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, bahasa, dan lain-lain. Mereka ini diajarkan menggunakan logika dan belajar dengan cara yang runut (sekuensial). Amat jarang mereka belajar bagaimana menggunakan intuisi dan imajinasi.
Para siswa SD, SMP, sampai SMA menggunakan mungkin sampai 6 jam waktunya belajar di sekolah dan PR per hari dan ikut les/bimbingan belajar. Mereka ini terfokus belajar dengan memanfaatkan otak kiri, misalnya mereka belajar matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, bahasa, dan lain-lain. Mereka ini diajarkan menggunakan logika dan belajar dengan cara yang runut (sekuensial). Amat jarang mereka belajar bagaimana menggunakan intuisi dan imajinasi.
Katakanlah mereka belajar di SD selama 6 tahun,
di SMP selama 3 tahun, dan di SMA selama 3 tahun. Jadi selama 12 tahun, mereka
rata-rata menggunakan waktu 6 jam per hari. Jika satu minggu mereka belajar
selama 5 hari di sekolah. Dan ada 4 minggu per bulan, serta belajar efektif di
sekolah selama 9 bulan per tahun, maka dari SD sampai SMA mereka belajar
menggunakan otak kiri selama:
6 jam/hari x 5 hari/minggu x 4 minggu/bulan x 9 bulan/tahun x 12 tahun = 12.960 jam.
Pertanyaannya adalah berapa lama pola pembelajaran yang memanfaatkan otak kanan?
6 jam/hari x 5 hari/minggu x 4 minggu/bulan x 9 bulan/tahun x 12 tahun = 12.960 jam.
Pertanyaannya adalah berapa lama pola pembelajaran yang memanfaatkan otak kanan?
Mana yang dulu digunakan : Otak Kanan atau Otak Kiri?
Anda si Otak Ekstrem Kanan atau Si Ekstrem Otak
Kiri atau Si Otak Seimbang?
Mana dulu yang sebaiknya digunakan, Otak Kanan
dulu baru Otak Kiri atau sebaliknya? Ingat cerita: bagaimana awalnya Archimides
mengungkap tentang massa jenis? Mana dulu yang digunakan Archimides otak kanan
atau otak kirinya? Bagaimana awalnya Newton mengungkap tentang gravitasi? Mana
dulu yang digunakan Newton, otak kanan atau kiri? Bagaimana awalnya Einstein
dengan teori relativitasnya? Mana dulu yang digunakan Einstein, otak kanan atau
otak kiri? Atau ide menjual air di negeri yang penuh air (AQUA) oleh Tirto
Utomo? Mana yang digunakan Tirto Utomo, otak kanan atau otak kirinya?
Ketika dia menjual air minum 250 mm seharga Rp 500,00; sementara PDAM menjual air bersih seribu liter seharga Rp 2 ribu?
Ketika dia menjual air minum 250 mm seharga Rp 500,00; sementara PDAM menjual air bersih seribu liter seharga Rp 2 ribu?
Ingat cerita George Eastment, pendiri Eastment
Kodak, menyatakan bahwa merek "Kodak" yang melegenda itu, huruf
"K", muncul secara intuitif. Sam Walton, pendiri Walt Mart,
menggunakan intuisinya ketika mendirikan sebuah toko pada tahun 1962, kini dia
memiliki 1.300 toko. John Mihalasky dan E Douglas Dean menemukan bahwa 80% CEO
yang sukses memiliki intuisi di atas rata-rata.
Bagaimana Melatih Otak Kanan?
Purdie Chandra,"Yang saya alami sendiri,
yakni melakukan dzikir dalam hati. Dzikir dalam hati dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja. Dzikir itu akan membuat sesuatu itu terjadi. Sementara,
intuisi yang tajam akan menunjukkan sesuatu itu terjadi. Cara lain yaitu dengan
melakukan sholat malam, atau Tahajud, dan sholat minta petunjuk atau
Istikharah. Puasa juga dapat mencerdaskan otak kanan.
Membaca Al Qur’an. Kalau kita membaca Al Qur’an, dari kanan ke kiri, ini melatih otak kanan.
Membaca Al Qur’an. Kalau kita membaca Al Qur’an, dari kanan ke kiri, ini melatih otak kanan.
Sesuai dengan diskusi yang berlangsung di
kafeilmu, yakni tentang psikologi, kali ini postingan akan membahas tentang
tokoh-tokoh psikologi kepribadian. Tokoh yang pertama kali dibahas adalah W.H.
Sheldon. Tokoh psikologi kepribadian asal Amerika Serikat yang menitik
beratkan penelitiannya pada kondisi fisik tubuh serta pengaruhnya pada
psikologi seseorang. Anda tentu mempunyai bentuk fisik yang berbeda-beda, ada
baiknya menyimak tokoh ini, mungkin saja bisa memetik ilmunya dari kafeilmu
ini. Sehingga bisa sedikit banyak menganalisis bentuk tubuh Anda dan seberapa
pengaruhnya terhadap kepribadian Anda. Selanjutnya … baca …
Kata-Kata Penting:
Ernst Kretschmer, Viola, Sigmund Freud, Carl
Gustav Jung, William James, tokoh psikologi kepribadian, W.H Sheldon,
Somatotipe, Morphogenotipe, Phenotipe, Endomorphy, Mesomorphy, Ectomorphy
Viscerotonia, Somatotonia, Cerebrotonia
Kondisi Ilmiah Pada Masa W.H Sheldon
Pendapat ahli psikologi yang menyatakan bahwa
bentuk jasmani (tubuh) mempunyai perngaruh penting dalam kepribadian, kurang
dapat diterima di Amerika Serikat. Situasi inilah yang kemudian menggiring W.H
Sheldon menjadi tertarik untuk mendalaminya. Dalam situasi ilmiah seperti ini,
karya-karya W.H Sheldon menjadi karya besar yang mempunyai banyak peminat.
W.H Sheldon lahir di Warwick,
Rhode Island tahun 1899. Masuk Brown University dan memperoleh gelar B.A.
(1919). Gelar M.A. diperoleh dari Universitas Colorado dan Ph.D dalam psikologi
dari Universitas Chicago ( 1926 ). Diangkat sebagai guru besar di Univ.
Wisconsin (1926-1927) setelah menyelesaikan studi dalam bidang Kedokteran.
Bekerja di R.S. Kanak2 di Chicago dan kemudian mendapat beasiswa untuk belajar
psikiatri di luar negeri selama 2 tahun.
Selama dua belajar pada C.G Jung
juga Kretschmer, sehingga dua tokoh psikologi inilah yang
memberikan sumbangan paling banyak pada gaya pemikiran W.H Sheldon. Setelah
kembali ke Amerika Serikat 1936, dia diangkat sebagai guru besar di Universitas
Chicago. Tahun 1938 pindah ke Harvard sampai dengan pecah perang dunia ke 2.
Tahun 1947, Sheldon diangkat menjadi direktur lab. Konstitusi pada College of
Physician and Surgeon di Universitas Columbia, menggantikan George Draper,
yaitu perintis Constitutional Medicine. Karya Tahun W.H Sheldon meliputi
hal-hal tentang penggambaran komponen sturktural dari tubuh manusia serta
komponen pokoknya ( 1942 ) dan penggunaan penemuan itu pada bidang kejahatan /
kenakalan anak-anak ( 1949 ).
Tokoh yang berpengaruh pada
perkembangan teori Sheldon
- Ernst Kretschmer born Oct. 8, 1888
- Viola
- Sigmund Freud was born on May 6, 1856
- Carl Gustav Jung was born July 26, 1875
- William James
Pokok-Pokok Pemikiran W.H Sheldon
Struktur tubuh/jasmani sangat besar pengaruhnya
terhadap tingkah laku manusia. Secara metodologis, Sheldon melakukan pengukuran
struktur tubuh secara objektif melalui foto-foto yang telah distandardisasinya.
Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan biological identification
tag, bahwa faktor genetis dan biologis berperan dalam perkembangan individu dan
faktor-faktor itu dapat dikenali melalui sejumlah pengukuran struktur tubuh.
Kata Kunci Teori W.H Sheldon
Somatotipe, Morphogenotipe, Phenotipe
- Somatotipe adalah usaha untuk mengukur morphogenotipe melalui pengukuran phenotipe.
- Morphogenotipe adalah perkembangan bentuk dan struktur dari organisma
- Phenotipe adalah karakteristik yang nampak
Konsep pengukuran jasmani model W.H Sheldon
Somatotipe performance test, yaitu menentukan
morphogenotipe melalui pengukuran phenotipe dengan cara membuat foto-foto tubuh
manusia dari muka dan samping sehingga didapatkan variabel2 yang merupakan
dasar dari variasi jasmani. Ditemukan 3 komponen / dimensi jasmani :
- Endomorphy
- Mesomorphy
- Ectomorphy
Istilah diatas dihubungkan dengan 3 lapisan pada
pembentukan foetus manusia yaitu endoderm, mesoderm, ectoderm. Dominasi dari
alat2 yang berasal dari lapisan tertentu akan menentukan dominasi dari komponen2
tertentu. Menurut Sheldon ada 3 tipe pokok keadaan jasmani :
- Type Endomorph Komponen endomorphy dominan dibandingkan 2 komponen yang lain. Ciri-ciri : Alat-alat atau organ-organ internal dan seluruh sistem digestif yang berasal dari endoderm sangat berperan. Secara fisik tampak : lembut, gemuk
- Tipe Mesomorph Komponen mesomorphy dominan dibandingkan komponen lain. Ciri-ciri : Bagian tubuh yang berasal dari mesoderm lebih berkembang. ( Otot, pembuluh darah, Jantung ). Secara fisik tampak : kokoh, keras, otot menonjol, tahan sakit, banyak ditemukan olahragawan, tentara.
- Tipe Ectomorph Komponen Ectomorphy dominan Ciri-ciri : Organ2 ectoderm lebih berkembang seperti kulit dan sistem syaraf. Secara fisik terlihat : jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot tidak terlihat.
Analisa Tingkah Laku atau Kepribadian
Dimensi Temperamen
1. Viscerotonia
Sifatnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi
alat-alat visceral / digestif. Alat pencernaan tipe ini relatif besar dan
panjang, hati besar. Sifat temperament : Santai, suka hiburan, gemar makan,
butuh afeksi, tidur nyenyak, bila menghadapi kesulitan membutuhkan orang
lain.
2. Somatotonia
Sifat-sifat yang dicangkupnya berhubungan dengan
dominasi dan anatomi struktur somatis. Tipe ini suka akan ekspresi muskular.
Ciri-cirinya : Sikapnya gagah, energetik, kebutuhan bergerak besar, suka
berterus terang, suara lantang, bila menghadapi kesulitan butuh melakukan
gerakan-gerakan.
3. Cerebrotonia
Sheldon masih ragu dengan istilah ini, tapi dasar
pemikirannya adalah aktifitas pokok yaitu perhatian dengan kesadaran dan
inhibisa terhadap gerakan jasmani. Ciri-cirinya : Ragu-ragu, kurang berani
bergaul dengan banyak orang, terhambat dalam berbicara di depan orang banyak,
tanggap, hidup teratur, sukar tidur, bila menghadapi kesulitan butuh
mengasingkan diri.
Moral dan karakter anak terbentuk dari berbagai macam
pola. Diantaranya adalah lingkungan disekitarnya. Berikut beberapa hal yang
memperngaruhi pola, karakter dan perilaku moral anak dari tiga lingkungan
utama; lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya.
Lingkungan rumah
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana lingkungan keluarganya. Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi
sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya suasana ramah. Ketika keikhlasan,
kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga
dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang sama juga
akan dilakukan anak bersangkutan.
Sebaliknya, anak akan sangat sulit
menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan bertingkah laku laku baik manakala di
dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik maupun
psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidakjujuran,
kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota keluarga ataupun dengan
lingkungan sekitar rumah.
Demikian pula status sosio—ekonomi. Status
sosio-ekonomi, dalam banyak kasus menjadi sangat dominan pengaruhnya. Ini
sekaligus menjadi latar mengapa anak-anak tersebut memutuskan terjun ke
jalanan. Namun selain faktor tersebut (ekonomi), masih ada penyebab lain yang
juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu, yakni
peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap perkembangan
nilai-nilai moral anak, dapat disingkat sebagai berikut:
- 1) Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat diamatinya.
- 2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik, anjuran-anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatan-perbuatan yang baik misalnya melalui pujian dan hukuman.
- 3) Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak menyadari akan kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat perbuatan-perbuatannya.
Lingkungan sekolah
Intensifikasi dan modifikasi dasar-dasar kepribadian
dan pola-pola sikap untuk yang telah diperoleh melalui pertumbuhan dan
perkembangan akan dialami secara meluas apabila si anak memasuki sekolah.
Corak hubungan antara murid dengan guru atau murid
dengan murid, banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai
moral yang tinggi bilamana kelompok itu sendiri sudah mempunyai norma-norma
yang baik pula.
Lingkungan teman-teman sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh
kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman
bermain sebaya. Sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur relatif
besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan
dalam suasana bermain.
Makin kecil kelompoknya, dimana hubungan-hubungan erat
terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan
dengan kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan dengan kelompok yang besar
anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.[1]
Terkait dengan tingkat perkembangan anak yang banyak
ditentukan dan dipengaruhi lingkungan sekitarnya, Abu Ahmadi, dalam bukunya
“Psikologi Perkembangan” menjelaskannya dengan teori interaksionisme. Teori ini
mengatakan bahwa perkembangan jiwa atau perilaku banyak ditentukan oleh adanya
proses dialektik dengan lingkungannya.[2]
Adapun yang dimaksud dengan adanya dialektik dengan lingkungan adalah bahwa
perkembangan kognitif anak bukan merupakan sesuatu yang lahir dengan
sendirinya, tapi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.
Analisa lain terkait dengan perkembangan moral juga
sempat disinggung oleh Syamsu Yusuf LN, dalam bukunya “Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja”, sebagai berikut:
- a. Konsistensi dalam mendidik anak
- b. Sikap orangtua dalam keluarga
- c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
- d. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma[3]
[3] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 133.
Secara definitif arti psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Karena itu psikologi pendidikan dengan tindakan belajar mempunyai hubungan yang sangat erat.
Psikologi pendidikan, sebagai sebuah
tindakan dan treatment dalam pengembangan pendidikan, dapat digunakan sebagai
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai seorang guru, penguasaan
terhadap psikologi belajar adalah vital, sehingga dia dapat menciptakan
kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya
tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Memahami pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada orang lain mempunyai implikasi bahwa murid terbebani untuk selalu menjadi wadah dan objek dari penyebaran pengetahuan tersebut. Akibatnya, seringkali pendidik dan terdidik sama-sama terbebani anggapan tersebut, sehingga proses penyampaian materi pendidikan seperti hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tanpa mengindahkan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membantu proses transfer pengetahuan tersebut, atu bahkan dengan memakai tindakan-tindakan represif yang tidak edukatif.
Memahami pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada orang lain mempunyai implikasi bahwa murid terbebani untuk selalu menjadi wadah dan objek dari penyebaran pengetahuan tersebut. Akibatnya, seringkali pendidik dan terdidik sama-sama terbebani anggapan tersebut, sehingga proses penyampaian materi pendidikan seperti hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, tanpa mengindahkan kondisi-kondisi tertentu yang dapat membantu proses transfer pengetahuan tersebut, atu bahkan dengan memakai tindakan-tindakan represif yang tidak edukatif.
Dengan memahami psikologi pendidikan,
seorang guru secara personal dapat melibatkan kondisi-kondisi tertentu yang
secara psikologis sangat berterima. Murid dapat menikmati proses pendidikan
tanpa harus terbebani harus dapat memahami ini dan itu. Karena pada dasarnya
dia secara langsung atau tidak dengan mudah merekam apa yang telah disampaikan
oleh guru. Psikologi pendidikan juga dapat membantu subjek didik untuk
memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu
falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang
pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara
subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung
kehidupan mereka.
Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui
dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme
perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan
perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk
mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah
tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek
didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk
mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Demikianlah, seorang guru yang memahami
eksistensinya sebagai penengah yang menyampaikan pengetahuan kepada murid akan
selalu mencari hal-hal baru yang dapat membantu terselenggaranya pendidikan
dengan baik. Artinya, memahami psikologi pendidikan adalah sangat
diperlukan mengingat beragamnya variable yang ada dalam kelas. Kemampuan guru
dalam memahami muridnya sesuai tingkat penyerapan terhadap materi adalah salah
satu bentuk penerapan psikologi dalam proses belajar mengajar. Selebihnya masih
banyak variable psikologi yang bisa diaplikasikan. Semoga dalam kesempatan
lain, saya bisa menuliskannya di kafeilmu.com ini.
Beberapa teori yang berkembang berkaitan dengan metode
Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut.
Knowledge – Based Constructivism
Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal,
melainkan mengalami, di mana peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, melalui partisipasi aktif secara inovatif dalam proses
pembelajaran.
Effort – Based Learning / Incremental Theory
Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar akan mendorong pesertadidik memiliki komitmen terhadap
belajar.
Socialization
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses
sosial yang menentukan terhadap tujuan belajar. Oleh karena itu, faktor sosial
dan budaya merupakan bagian dari sistem pembelajaran
Situated Learning
Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan
pembelajaran harus situasional, baik dalam konteks secara fisik maupun konteks
sosial dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Distributed Learning
Teori ini beranggapan bahwa manusia merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran, yang didalamnya harus ada terjadinya proses
sebagai pengetahuan dan bermacam – macam tugas. [1]
[1] Nanang Hanafiah, & Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran, (Bandung:Refika Aditama, 2009), hal. 68
Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Berbagai Aspek
Pembahasan tentang pendidikan agama
memang bisa jadi sangat luas, akan tetapi bisa diperinci menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek-aspek yang ada. Pada kesempatan ini Kafeilmu.com membahas pendidikan
akama Islam dari segi fungsinya. Dalam membahas fungsi pendidikan agama
Islam, kita patut mengungkapkan uraian-uraian yang terkandung dalam kurikulum
pendidikan agama Islam, karena pada dasarnya, disanalah tertuang
fungsi-fungsi pendidikan tersebut.
Kurikulum pendidikan agama Islam
untuk sekolah / madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah
garis-garis besar penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam.
Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama - tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
- Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
- Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
- Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
- Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
- Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Menjabarkan Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Sekolah
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengaplikasikan fungsi pendidikan agama Islam dalam
bentuk praksis. Feisal berpendapat bahwa fungsi pendidikan agama Islam di
sekolah dapat diupayakan dalam beberapa model berikut:
- Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum.
- Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak.
- Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai agama Islam.
- Pendekatan makro,artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai fungsi pendidikan agama Islam, memang
masih banyak yang bisa diperjelas dan diperlebar, namun saat ini untuk lebih
fokus pada pembahasan, kafeilmu lebih terfokus pada masalah fungsi saja. Pada
kesempatan yang lain, kami akan membahas wacana-wacana yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar